Gaya Hidup Milenial Jadi Ladang Subur Startup Pariwisata
Bepergian dan menjelajah lokasi-lokasi baru telah menjadi bagian dari gaya hidup generasi milenial. Riset World Travel and Tourism Coucil menunjukan, pertumbuhan sektor pariwisata di Asia merupakan yang tercepat di dunia pada 2018. Dalam riset itu, jumlah wisatawan Indonesia tumbuh rata-rata 7,7% per tahun.
Perkembangan ini lantas memicu pertumbuhan startup di sektor pariwisata. "Dari perspektif investor, kondisi seperti ini berpeluang menumbuhkan bisnis pendukung tren traveling ke luar negeri," ujar Managing Partner Ideosource VC Edward Ismawan Chamdani, Kamis (16/8).
Hanya, dia mengingatkan agar pelaku startup di sektor ini kreatif memilih segmen yang spesifik. "Jangan sampai keliru dan malah berhadapan dengan pemain horizontal atau consumer apps travel yang sudah besar,” kata dia.
Tak hanya tiket pesawat dan hotel, studi World Economic Forum (WEF) menunjukan, konektivitas internet merupakan salah satu kebutuhan primer generasi milenial saat bepergian ke luar negeri. Salah satu cara termudah adalah membeli kartu SIM di negara tujuan atau paket data roaming dari negara asal. Meski, hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar.
(Baca juga: Digitalisasi Bisnis Asuransi untuk Rangkul Millenial)
Peluang ini dimanfaatkan oleh perusahaan penyedia jasa sewa modem wifi Passpod dengan menyediakan solusi konektivitas bagi calon traveller. "Semakin tech savvy dan terkoneksi seseorang, maka kebutuhan untuk berkomunikasi secara real time lewat beragam media juga menjadi penting bagi mereka," ujar CEO Passpod Hiro Whardana.
Hiro mengklaim, perusahaannya menawarkan biaya internet yang sangat terjangkau dengan sistem rental. Caranya, pengguna bisa memilih kurir antar jemput gratis, dengan pengambilan perangkat secara mandiri di store ataupun bandara yang bermitra dengan Passpod.
Adapun PT Yelooo Integra Dataset atau Passpod berdiri sejak Januari 2017. Hiro menegaskan, perusahaannya memberikan jaringan internet 4G yang bisa diakses ke lebih dari 68 negara di dunia seperti Amerika Serikat (AS), Singapura, Hongkong, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Uni Eropa, dan Timur Tengah.
Salah seorang pengguna Passpod Ervina Sendi Tyas (27 tahun) menyampaikan, perangkat travel Wi-Fi sangat dibutuhkan. Sebab, di negara tujuan, dia butuh informasi seputar penginapan, objek wisata yang menarik, hingga lokasi penjual makanan. "Lebih enak lagi bisa sharing sama teman," kata dia kepada Katadata.
(Baca juga: Generasi Milenal Lebih Tertarik Beli Rumah untuk Investasi)
Tak hanya konektivitas, startup penjual jasa fotografi seperti Sweet Escape atau Frame a Trip juga mendulang untung dari milienial yang hobi berwisata ke luar negeri. Untuk menggunakan jasa fotografer Sweet Escape misalnya, wisatawan hanya perlu melakukan pemesanan lewat platform. Setelah membayar, wisatawan bisa merencanakan sesi pemotretan dan bertemu dengan fotografer di lokasi tujuan mereka.
Adapun Sweet Escape berdiri pada Februari 2016. Platform ini menghubungkan konsumen dengan fotografer lokal. Saat ini, Sweet Escape bekerja sama dengan lebih dari 400 fotografer lokal yang tersebar di 300 kota di dalam dan luar negeri.
Sementara Frame A Trip menawarkan layanan serupa Sweet Escape. Frame A Trip didirikan oleh Dian Sastro bersama Kahfy Yudha Wiansya, Hermawan Sutanto, Damon Hakim, dan Michael R. Tampi pada Desember 2016. Hingga kini, Frame A Trip menggaet 700 fotografer di lebih dari 200 kota di dunia.
Salah seorang pengguna jasa Sweet Escape Shahnaz Anindya menyampaikan, layanan ini sangat membantu dirinya yang ingin membagikan momen liburannya. "Liburan kami jadi berkesan, karena (fotografer) Sweet Escape memberikan (hasil) foto yang sesuai keinginan," kata dia lewat akun Instagramnya @shahnazanindya.