Kisah Unik Investor Amerika Pertama Kali Suntik Go-Jek dan Tokopedia
Perusahaan ventura Sequoia Capital asal Amerika Serikat merupakan penanam modal startup Go-Jek dan Tokopedia. Managing Director Sequoia Capital India Sheilendra Singh membagi pengalamannya uniknya saat memutuskan menyuntikkan modal kepada dua unicorn yang saat itu baru memulai bisnisnya.
Shailendra mengatakan keputusannya berinvestasi ke Tokopedia sebagai sebuah kebetulan. Saat itu Shailendra sedang mengurus bisnis di Jakarta dan mampir menemui pendiri Tokopedia William Tanuwijaya. Mereka berdiskusi tentang Tokopedia sembari minum kopi.
"Pertemuan sekitar dua jam, dan dari situ saya mengenal William sebagai sosok yang berintegritas, berkomitmen dan memiliki visi mengembangkan Tokopedia," kata Shailendra dalam acara "The 1st Next Indonesia Unicorn (NextICorn) International Summit", Rabu (9/5).
(Baca juga: Empat CEO Unicorn Bagi Rahasia Sukses di Ajang NextICorn di Bali)
Setelah pertemuan dua jam tersebut, dua hari kemudian Shailendra menghubungi William dan sepakat menanamkan modalnya kepada Tokopedia. "Kadang saya berpikir mengapa mengambil keputusan begitu cepat," katanya sembari tersenyum.
Pada 2014, Tokopedia mendapatkan suntikan dana dari Sequoia Capital dan Softbank Internet and Media Inc (SIMI) sebesar US$ 100 juta atau senilai Rp 1,2 triliun dengan kurs berlaku masa itu. Investasi tersebut yang terbesar setelah Tokopedia mendapat pendanaan dari berbagai perusahaan, di antaranya East Ventures (2010), CyberAgent Ventures (2011), dan SB Pan Asia Fund (2013).
Sequoia Capital merupakan perusahan modal ventura yang berdiri pada 1 November 1972 di Sillicon Valley, Amerika Serikat. Mereka menanamkan modal pada ribuan perusahaan seluruh dunia seperti Google, Apple, Yahoo!, Youtube, Linkedin dan lainnya. Perusahaan ini memiliki kantor di Amerika, Tiongkok, India dan Israel.
Shailendra juga memiliki pengalaman menarik saat memutuskan berinvestasi ke Go-Jek. Dia memutuskan menyuntikkan modal kepada Go-Jek pada 2015, saat perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim mulai mencari pendanaan perdana.
Dia mengatakan dalam pertemuan pertama dengan Nadiem berdebat mengenai perlunya Go-Jek memperluas layanan tak hanya pada ojek. "Kami masuk di awal, Go-Jek merupakan perusahaan yang visinya sangat berbeda, tidak ada perusahaan lain di dunia ini yang menyerupainya," kata dia.
Shailendra mengatakan keputusannya itu sempat menimbulkan pertanyaan, karena perusahaan Indonesia yang belum memiliki reputasi. Namun, dia merasa seharusnya lebih agresif, karena Go-Jek berkembang melebihi perkiraannya.
Menurut dia, terkadang dalam berbisnis tak cukup menggunakan analisis semata. "Menggunakan insting dan tidak selalu melakukan banyak analisis," kaya Shailendra.
(Baca juga: Rudiantara: Valuasi 4 Unicorn sudah Melebihi 4 Operator Telekomunikasi)
Shailendra mengatakan bisnis digital dan startup di Indonesia berpotensi terus berkembang. Dengan menggunakan prediksi McKinsey Global Institute (MGI), pada 2030 Indonesia akan menikmaati bonus demografi dan Produk Domestik Bruto (PDB) yang terbesar ke-7 di dunia.
Perkembangan bisnis teknologi digital di Indonesia, kata Shailendra, membutuhkan dukungan pemerintah mulai dari teknologi, pengembangan ekosistem, dukungan teknisi, modal, kemudahan berusaha dan infratruktur. Shailendra menyambut baik rencana Kepala BKPM Thomas Lembong yang menyatakan akan mendukung industri teknologi lewat kebijakan regulasi yang longgar.