Kominfo Sosialisasikan 289 Ribu Situs Positif untuk Anak
Kementerian Komunikasi dan Informatika pun berencana menggencarkan sosialisasi konten positif (whitelist) di internet. Saat ini, Menteri Rudiantara menyebutkan ada 289 ribu situs positif yang semestinya diakses anak-anak Indonesia.
“Saya akui juga kurang deras sosialisasikannya. Ya setidaknya 289 ribu (whitelist) sudah ada,” kata dia kata saat acara konferensi nasional bertajuk 'Internet Aman untuk Anak Tem@n Anak' di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, Selasa (6/2).
Sosialisasi konten positif ini dilakukan agar anak-anak beralih dari kebiasaan mengakses konten negatif, terutama pornografi di internet. “Kami bersama ekosistem akan memberikan literasi (terkait whitelist),” kata Rudiantara.
Selain itu, Rudiantara juga akan mengoptimalkan sensor terhadap konten negatif di internet menggunakan mesin pengais (crawling) yang dikenal dengan Ais. Dia menyebutkan, di awal tahun sudah ada sekitar 70 ribu situs dengan konten negatif yang berhasil diidentifikasi. Dari temuan tersebut, nantinya Kominfo akan melakukan pemblokiran.
(Baca juga: Rudiantara Bocorkan Rencana Investor Lokal Suntik Modal Unicorn)
“Kalau di situs lebih mudah (diblokir) karena kami punya mesin pengais konten. Keyword bisa dimasukan. Kalau melalui media sosial, kami harus kerja sama dengan platform apakah Facebook, Twitter, dan lainnya,” kata dia.
Adapun data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta orang. Dari jumlah tersebut, anak-anak berusia 10-14 tahun yang mengakses internet sebanyak 768 ribu orang. Sementara yang berusia 15-19 tahun sebanyak 12,5 juta orang.
Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)—terhadap 4.500 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di 12 kota—juga menunjukan, sebanyak 97% mengakses konten pornografi.
Sementara, survei dilakukan PornHub menemukan bahwa pada 2015 dan 2016, Indonesia menempati ranking kedua pengakses pornografi setelah India. Di antaranya, sekitar 74% adalah generasi muda, selebihnya adalah generasi tua.
(Baca: Google: Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp 1.095 Triliun pada 2025)
Atas dasar data-data tersebut, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Ketenagakerjaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lies Rosdianty mengatakan, instansinya fokus pada program komunitas Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). “Mereka yang paling dekat. Kami harap mereka memberi respons yang cepat,” ujar dia.