Bitcoin Makin Populer, Ini Beberapa Cara Memilikinya
Investasi bitcoin semakin populer seiring harganya yang terus meroket. Mengacu pada situs coindesk.com, harga bitcoin sepanjang perdagangan Selasa (28/11) ini setinggi-tingginya mencapai US$ 9.895 atau sekitar 133 juta. Tidak ada yang bisa menjamin kenaikan harga bakal berlanjut, namun hal tersebut tak menyurutkan minat investasi pada mata uang digital ini.
Dalam buku berjudul Bitcoin Trading for Z Generation yang ditulis oleh CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan dan Sintha Rosse, ada beberapa cara memiliki bitcoin, yaitu dengan menambang bitcoin, membeli di bursa bitcoin, dan mendapatkan bayaran dalam bitcoin.
Pertama, menambang bitcoin. Kegiatan menambang bitcoin merupakan kegiatan untuk mendapatkan bitcoin dengan menjalankan aplikasi miner bitcoin pada perangkat komputer yang tersambung ke dalam jaringan blockchain untuk menjalankan algoritma bitcoin sehingga bisa memperoleh hadiah berupa bitcoin dari sistem.
Namun, karena jumlah penambang bitcoin semakin meningkat, persaingan menjadi lebih kompetitif. Penambangan bisa dilakukan melalui hardware bitcoin yang dibeli sendiri ataupun disewa secara online alias menggunakan layanan cloud mining. (Baca juga: Situs Beritasatu Diretas ‘Penambang’ Bitcoin)
Kedua, membeli di bursa bitcoin. Saat ini, terdapat ratusan bursa bitcoin online yang memfasilitasi pembelian bitcoin dengan dolar Amerika Serikat (AS), euro, dan mata uang lainnya. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang menyediakan bursa serupa di antaranya Bitcoin Indonesia atau www.bitcoin.co.id. Keanggotaan di bursa tersebut disebut-sebut sebagai yang terbesar di Indonesia.
Lantaran bitcoin bisa dipecah hingga delapan desimal, pembelian di bursa bitcoin bisa dimulai dengan jumlah yang sangat kecil. Di Bitcoin Indonesia misalnya, pembelian bisa dimulai dari Rp 1.000. (Baca juga: Sebagian Besar Transaksi Bitcoin di Indonesia untuk Spekulasi)
Namun, dalam wawancara Katadata dengan Oscar beberapa waktu lalu, ia menyarankan, jika masyarakat tertarik membeli mata uang digital, untuk menggunakan uang lebih yang siap hilang. Hal ini lantaran fluktuasi mata uang digital sangat tinggi. “Masuk investasi high risk (berisiko tinggi),” kata dia.
(Baca juga: Fund Manager Masuk, Bitcoin Diramal Tembus US$ 10.000 di Akhir Tahun)
Ketiga, mendapatkan bayaran dalam bitcoin. Seiring dengan semakin populernya bitcoin, terdapat sejumlah situs yang menyediakan bitcoin secara gratis sebagai bayaran dengan syarat tertentu, di antaranya menonton iklan, memainkan game, memasang banner pada blog, dan lainnya.
Adapun hingga saat ini, belum ada aturan mengenai investasi mata uang digital di Indonesia. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) menegaskan mata uang digital termasuk bitcoin bukan alat pembayaran yang sah sehingga melarang Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk memproses bitcoin sebagai alat transaksi pembayaran.
Dalam berbagai kesempatan, pejabat BI juga mengingatkan sederet risiko mata uang digital dari mulai volatilitas harga yang tinggi hingga rawan digunakan sebagai alat pencucian uang. (Baca juga: Harga Bitcoin Anjlok Usai Dilarang Tiongkok, BI Berikan Peringatan)
Menanggapi sikap BI tersebut, Oscar sempat menyarankan agar mata uang digital diperlakukan sebagai komoditas layaknya emas bukan mata uang. Ia pun mendukung adanya regulasi terkait. Dengan begitu, pihaknya bisa lebih mudah melakukan edukasi ke masyarakat. Di sisi lain, otoritas bisa mengawasi transaksi jual-belinya.