Bank Mandiri Suntik Modal Startup Cashlez untuk Saingi Mesin EDC
Perusahaan perintis (startup) di bidang teknologi finansial (financial technology/fintech) bernama Cashlez mendapat suntikan modal sebesar US$ 2 juta atau sekitar Rp 26,7 miliar untuk mengembangkan layanannya. Modal tersebut berasal dari sejumlah investor di antaranya perusahaan modal ventura milik Bank Mandiri, yakni Mandiri Capital Indonesia (MCI).
Perusahaan perintis tersebut menawarkan alat penerimaan pembayaran dengan kartu yang bisa menjadi pesaing mesin Electronic Data Capture (EDC). "Cashlez ini ada untuk bisa menggunakan kartu kredit dan debit ke tempat yang lebih banyak. Cita-cita kami bahkan ke tukang sate pun bisa melakukan pembayaran menggunakan kartu," kata Ceo dan Co-Founder Cashlez Teddy Setiawan di Jakarta, Rabu (12/7).
Ia memaparkan, perusahaannya menawarkan konsep penerimaan pembayaran menggunakan kartu, baik debit, kredit, maupun uang elektronik atau e-money dengan berbasis aplikasi pada ponsel pintar (Android atau iOS) yang terhubung ke pembaca kartu (card reader/dongle) melalui teknologi bluetooth. Sistem tersebut dapat memonitor semua transaksi penjualan bisnis merchant secara real time.
Menurut dia, teknologi tersebut lebih baik dibandingkan dengan mesin EDC tradisional. Alasannya, card reader yang dimiliki Cashlez dapat menerima transaksi dari kartu debit, kredit, dan e-money dari bank manapun yang telah terkoneksi dengan Visa dan Mastercard. (Baca juga: 80 Persen Modal Ventura Diramal Masuk Layanan Teknologi Keuangan)
Pencairan dana untuk merchant pun bisa dilakukan dengan cepat, yakni apabila terjadi transaksi hari ini, maka, keesokan harinya sudah bisa dicairkan. Selain itu, biaya (pricing) transaksi diklaim lebih rendah.
Rencananya, Teddy akan menggunakan suntikan modal sebesar Rp 26,7 miliar untuk mengimpor card reader yang baru bisa diproduksi di luar negeri. Targetnya, tahun ini, Cashlez dapat mendistribusikan alatnya ke 4 ribu merchant yang tersebar khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota besar lainnya di Pulau Jawa.
Saat ini, Teddy mengklaim ada seribu merchant yang menggunakan teknologi tersebut, sebanyak 61 persen di antaranya perusahaan ritel serta perusahaan perjalanan dan wisata. Adapun total transaksi dengan alat tersebut telah mencapai Rp 15 miliar per bulan. Targetnya, jika 4 ribu merchant tercapai, maka akan ada transaksi sebesar Rp 50 miliar per bulan.
Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro berharap Cashlez bisa semakin membantu transaksi bisnis para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). "Melalui Cashlez, UMKM akan mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan solusi pembayaran digital yang lebih terjangkau dan inovatif," kata dia. (Baca juga: Jelang Tenggat, Baru 23 Fintech Pinjam-Meminjam Uang Mendaftar ke OJK)
Menurut Eddi, pihaknya memimpin pendanaan untuk Cashlez. Tapi, ia enggan merinci besaran dana yang digelontorkan dari kocek MCI. Yang jelas, hingga Juli 2017, MCI telah menggelontorkan dana untuk penyertaan modal sekitar Rp 300 miliar untuk tujuh perusahaan di bidang fintech. (Baca juga: Kembangkan Layanan Digital, BNI Anggarkan Rp 1 Triliun)