Snapchat Bidik Dana IPO Rp 40 Triliun, Terbesar Setelah Facebook
Snapchat telah mendaftarkan dokumen untuk melakukan initial public offering atau IPO. Penjualan saham perdana Snapchat ini akan menjadi IPO teknologi terbesar setelah Facebook.
Snapchat mencari dana segar sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40 triliun di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode emiten SNAP. Sementara Facebook pada 2012 lalu menargetkan dana segar sebanyak US$ 5 miliar.
Dalam IPO ini, SNAP memposisikan dirinya sebagai perusahaan kamera. "Kami percaya pembaruan kamera adalah kesempatan terbesar kami untuk meningkatkan cara orang berkomunikasi," demikian pernyatakaan resmi SNAP, dikutip dari USA Today, Jumat (3/2).
Dalam dokumen itu, SNAP menyatakan memiliki 158 juta pengguna aktif. Melalui Mereka tercatat membagikan 2,5 miliar gambar melalui aplikasi Snapchat setiap hari. Bagaimanapun, Snapchat juga mengalami kerugian.
(Baca juga: Ikuti Snapchat, Instagram Hadirkan Livestreaming)
Pada 2016 lalu, Snapchat membukukan kerugian total US$ 514,6 juta, lebih tinggi dari jumlah US$ 373 juta di tahun sebelumnya. Sementara pendapatannya, yang kebanyakan datang dari iklan, 'hanya' US$ 400 juta.
Tapi mereka punya amunisi pengguna yang muda dan loyal. Pengguna Snapchat yang berusia 25 tahun atau lebih rata-rata mengunjungi Snapchat sekitar 12 kali sehari. Sedangkan yang lebih muda membuka aplikasi mereka hingga 20 kali sehari.
IPO ini pun diprediksi sukses. Snapchat dianggap sebagai perusahaan yang secara fundamental mengubah cara generasi millenial menggunakan foto dan video untuk berkomunikasi di ponselnya. "Investor akan membanjiri IPO ini," demikian prediksi Sara Terheggen dari Morrison dan Foerster.
Di Indonesia, perusahaan riset pasar Kantar TNS menyebut pengguna Snapchat meningkat tajam dari 5 persen dari total pengguna sosial media pada 2015 menjadi 13 persen pada 2016. Sebaliknya, jumlah pengguna Twitter merosot dari 48 persen menjadi 36 persen.
(Baca juga: Kebijakan Trump Picu Unjuk Rasa Penghuni Silicon Valley)
“Perkembangan teknologi seperti kamera serta koneksi internet yang lebih baik membuat pengguna beralih dari teks terbatas 140 karakter (seperti twitter) ke platform yang berbasis gambar,” kata Direktur Kantar TNS Asia Pasific Zoe Lawrence.