Tokopedia & Bukalapak Respons Meningkatnya Sampah Plastik saat Pandemi

Fahmi Ahmad Burhan
27 Mei 2020, 07:00
Tokopedia & Bukalapak Respons Meningkatnya Sampah Plastik saat Pandemi
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Ilustrasi, relawan Gerakan Minggu Bersih melakukan audit sampah plastik yang telah dikumpulkan saat Car Free Day di Karawang, Jawa Barat, Minggu (26/1/2020).

Kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan, sampah plastik meningkat seiring maraknya belanja online selama pandemi corona. Tokopedia dan Bukalapak mengaku sudah berupaya meminimalkan penggunaan plastik.

External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menjelaskan, Tokopedia merupakan marketplace yang kegiatan pengemasan barang dilakukan oleh mitra penjual (merchant). Namun, perusahaan tetap berupaya agar mitra menjual produk dengan cara yang ramah lingkungan.

Salah satu caranya, Tokopedia memberikan panggung kepada para pelaku usaha lokal yang mengusung konsep ramah lingkungan. Dua di antaranya Demi Bumi dan Burgreens.

Demi Bumi memasarkan berbagai produk dan kemasan ramah lingkungan, seperti tas yang didaur ulang dari vitrase gorden. Sedangkan Burgreens bergerak di industri makanan dan minuman yang menggunakan bioplastik terbuat dari singkong.

(Baca: Penjual di Blibli, Tokopedia dan Lazada Meningkat Efek Pandemi Corona)

Unicorn Tanah Air itu juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan ulang kantong plastik atau kardus yang didapat saat memesan produk di e-commmerce. "Ini upaya kami mengurangi konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menjaga keberlangsungan lingkungan," kata Ekhel kepada Katadata.co.id, Selasa (26/5).

Hal senada disampaikan oleh Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono. Seluruh kegiatan pengemasan dan pengiriman barang dilakukan oleh masing-masing merchant sesuai permintaan pengguna, dan dikirimkan melalui berbagai penyedia jasa pengiriman.

"Namun, sebagai platform marketplace, Bukalapak berkomitmen untuk menjaga transaksi online dapat terlaksana secara aman dan nyaman untuk seluruh masyarakat," kata Intan.

(Baca: Dua Sisi Kantong Plastik)

Melonjaknya Transaksi di E-Commerce dan Aplikasi Pesan-Antar Makanan

Sebelumnya, Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI merilis hasil studi berjudul 'Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work From Home (WFH) Terhadap Sampah Plastik di kawasan Jabodetabek'. Survei dilakukan secara online pada 20 April hingga 5 Mei.

Hasil studi menunjukkan, kegiatan belanja online mayoritas warga Jabodetabek meningkat selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work from Home (WFH). Dari yang sebelumnya hanya satu hingga lima kali dalam sebulan, kini menjadi satu hingga 10 kali.

Di sisi lain, 96% paket barang yang diantarkan ke pengguna e-commerce dibungkus dengan plastik yang tebal dan bubble wrap. Alhasil, jumlah sampah plastik dari bungkus paket melebihi kemasan yang dibeli. 

(Baca: Pelaku Usaha Sebut Cukai Plastik Hambat Investasi Rp 69 Triliun)

Survei juga menunjukkan bahwa 60% responden paham bahwa penggunaan bungkus plastik tidak mengurangi risiko terpapar Covid-19. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa virus corona dapat bertahan di permukaan plastik selama tiga hari, lebih lama dibanding permukaan lain seperti kardus atau stainless steel.

“Hanya separuh dari warga yang memilah sampah untuk didaur ulang. Hal ini berpotensi meningkatkan sampah plastik dan menambah beban tempat pembuangan akhir selama PSBB atau WFH,” ujar peneliti Pusat Penelitian Oseonografi LIPI Intan Suci Nurhati dikutip dari siaran pers.

(Baca: Sampah di Jakarta Turun 620 Ton / Hari selama Kebijakan Kerja di Rumah)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...