Tren PHK di Startup Diprediksi Masih Berlanjut di Masa Normal Baru
Beberapa startup seperti Grab, OYO, dan iFlix melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena bisnis terpukul pandemi corona. Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) dan Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) memperkirakan, PHK masih akan terjadi meski memasuki fase normal baru (new normal).
Kepala Bidang Konten dan Komunikasi Internal idEA Vriana Indriasari mengatakan, normal baru belum menandakan berakhirnya dampak pandemi pandemi virus corona. Normal baru hanya salah satu cara pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia dari dampak pandemi Covid-19.
Pemulihan bisnis dari penerapan normal baru dinilai bersifat sementara. “Maka, kemungkinan PHK masih sangat bisa terjadi," kata Indri kepada Katadata.co.id, Rabu (17/6).
(Baca: Jurus Efisiensi Startup di Masa Pandemi: Pangkas Gaji hingga Karyawan)
Ia berharap pelaku startup tak lengah, meski memasuki fase normal baru. Perusahaan rintisan harus memikirkan strategi agar dapat tumbuh berkelanjutan di tengah pandemi.
"Harus beradaptasi dengan perkembangan yang ada. Harus aware dengan setiap bentuk normal baru yang dilakukan masyarakat sebagai konsumennya," ujar Indri.
Inovasi akan membantu perusahaan rintisan bertahan di tengah pandemi. "Penyesuaian dan inovasi jelas jadi landasan keberhasilan agar bisnis bisa bertahan, atau bahkan kembali on the track seperti sebelum pandemi," katanya.
Sedangkan Ketua Amvesindo Jefri R Sirait menilai, PHK merupakan salah satu kebijakan setiap perusahaan untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya. "Situasi ini menjadi sharing pain. Kondisi ini akan sangat tergantung pada upaya perusahaan," kata dia.
(Baca: Akrobat Startup Bertahan Hidup dari Terjangan Pandemi)
Senada dengan Indri, ia mengingat startup untuk tidak lengah dan tetap menerapkan manajemen krisis. Pelaku usaha harus menentukan strategi untuk saat ini dan masa depan. Sebab, potensi PHK belum bisa hilang.
Ia sempat mengatakan, bahwa startup di sektor pendidikan, kesehatan, teknologi finansial (fintech), dan logistik menkadi sektor yang diincar investor saat normal baru. "Perubahan perilaku yang terjadi, membuat terobosan startup terus berinovasi untuk menjawab respons atas kebijakan social distancing," ujar Jefri.
Ketua idEA Ignatius Untung juga sempat menyatakan, pemangkasan gaji hingga PHK bukan hanya berpotensi dilakukan oleh startup, tapi juga perusahaan pada umumnya, yang tertekan pendapatannya akibat dampak corona. Selain itu, biaya pemasaran pasti dipangkas untuk mendorong efisiensi.
"Komponen terbesar (bagi) sebagian besar startup yakni man power dan pemasaran," kata dia pada April lalu. "Walaupun rumitnya, pemasaran ada korelasinya dengan pertumbuhan."
(Baca: Pecat 360 Pegawai, Bos Grab Janji Tak Ada PHK Lagi Tahun Ini)
Startup skala decacorn, Grab juga melakukan PHK terhadap 360 karyawan atau 5% kurang dari total pegawainya, kemarin. Co-Founder sekaligus CEO Grab Anthony Tan berjanji tak akan memecat pekerja lagi hingga akhir tahun ini.
“Saya memastikan bahwa tidak akan ada lagi PHK di organisasi secara menyeluruh pada tahun ini. Saya yakin dengan menjalankan rencana terbaru untuk memenuhi target yang telah ditetapkan, kami tidak akan melalui proses yang menyakitkan ini lagi dalam beberapa waktu mendatang,” kata Tan melalui pesan untuk karyawan, Selasa (16/6).
Beberapa unicorn lain juga dikabarkan melakukan langkah-langkah efisiensi terhadap karyawannya. Bentuknya beragam, termasuk skema merumahkan pegawai tanpa digaji.
Meski begitu, para startup dan unicorn terus berupaya mempertahankan usahanya di tengah masa pembatasan sosial akibat pandemi corona saat ini. (Baca: Cegah PHK, OYO Indonesia Rumahkan 50% Karyawan Imbas Pandemi Corona)
Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan, seluruh karyawan menerapkan work form home. “Ini sesuai dengan imbauan pemerintah, tanpa adanya pengurangan gaji,” katanya kepada Katadata.co.id, pada April lalu (2/4).
Traveloka juga dikabarkan melakukan PHK pada Maret 2020 lalu. “Bagian strategi dan analisis yang terkena. Sebanyak 50% engineer di India juga terdampak,” kata sumber yang mengetahui informasi tersebut kepada Katadata.co.id, akhir Maret lalu (31/3).
Nikkei Asian Review menyebut, jumlah karyawan yang terkena PHK sekitar 100 orang atau 10% dari jumlah pegawai Traveloka. “Traveloka merupakan perusahaan yang dikenal disiplin dalam keuangan, tetapi gelombang refund menghantam mereka dengan keras,” demikian dikutip.
Katadata.co.id sudah mengonfirmasi kabar tersebut kepada manajemen Traveloka. Namun, hingga artikel ini ditulis, pihak manajemen belum memberikan komentar perihal kabar program PHK tersebut.
(Baca: Bisnis Transportasi Anjlok 80% Imbas Pandemi, Uber PHK 3 Ribu Pegawai)
Pada April lalu, iFlix juga melakukan PHK. Selain karena terdampak pandemi corona, perusahaan harus segera membayar utang yang jatuh tempo.
CEO iFlix Marc Barnett mengatakan industri Video on Demand (VoD) terpukul pandemi corona. Padahal, transaksi streaming film melonjak karena masyarakat dunia di rumah saja untuk menghindari penularan virus corona.
Sedangkan startup jual beli tiket KiosTix diduga mengundur pembayaran gaji karyawan tanpa memberikan kompensasi. Perusahaan juga disebut-sebut meminta karyawan untuk mengundurkan diri di tengah pandemi corona.
(Baca: Hooq Tutup Layanan, Giliran iFlix Dikabarkan Akan Dijual)
Seorang sumber Katadata.co.id mengatakan, perusahaan memutuskan kontrak karyawan secara sepihak. Selain itu, meminta karyawan tetap memilih antara resign atau cuti tidak dibayar tanpa kejelasan waktu.
Katadata.co.id telah menghubungi CEO Kiostix Endah Lestari melalui pesan singkat dan telepon guna meminta konfirmasi. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada respons dari yang bersangkutan.
(Baca: KiosTix Dikabarkan Telat Bayar Gaji hingga Paksa Karyawan Mundur)