Rekor, Pendanaan ke Startup Asia Tenggara Rp 87,7 Triliun di Kuartal I
Laporan DealStreetAsia menunjukkan, startup di Asia Tenggara meraih pendanaan US$ 6 miliar atau sekitar Rp 87,7 triliun pada kuartal pertama 2021. Pencapaian ini disebut menyentuh rekor.
Total pendanaan tersebut juga melonjak 43% secara tahunan (year on year/yoy) dan 48% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Hampir 70% dana terkumpul dari modal yang dijaminkan pada 2020.
Investasi itu diperoleh dari setidaknya 211 kesepakatan. Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, faktor pendorong lonjakan pendanaan ke startup regional pada kuartal pertama yakni pemulihan ekonomi.
Selain itu, digitalisasi aktivitas bisnis menjadi lebih cepat dan luas selama pandemi corona. Kepercayaan investor juga semakin meningkat seiring menurunnya kasus virus corona dan vaksinasi Covid-19.
"Sekarang, setelah startup selamat dari krisis terburuk dan bahkan kembali lebih kuat, kami dapat mulai mencari perusahaan rintisan baru untuk investasi, "kata Willson dikutip dari DealStreetAsia, Kamis (15/4).
Sedangkan Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey mengatakan, startup yang mengumpulkan dana dari investor sejak 2020 akan muncul untuk putaran ekuitas tahun ini. Mereka pun bakal melanjutkan pertumbuhan.
"Saya pikir kami akan terus melihat daftar startup yang tumbuh dan lebih besar di Asia Tenggara," kata David. Bahkan, menurutnya sejumlah perusahaan rintisan itu mulai melakukan penawaran saham perdana ke publik atau IPO untuk memberikan likuiditas kepada investor.
DealStreetAsia melaporkan, US$ 4 miliar dari US$ 6 miliar tersebut dikumpulkan oleh decacorn asal Singapura, Grab dan startup logistik Indonesia, J&T Express. Masing-masing mengumpulkan US$ 2 miliar.
Penggalangan dana pada kuartal pertama tahun ini juga menghasilkan setidaknya tiga unicorn baru. Mereka yaitu J&T Express dengan perkiraan valuasi US$ 6 miliar, anak usaha Grab bidang keuangan Grab Financial Group US$ 3 miliar, dan startup IP PatSnap lebih dari US$ 1 miliar.
Startup teknologi finansial (fintech) mendominasi aktivitas pendanaan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Mereka menghasilkan 65 kesepakatan dengan total investasi setidaknya US$ 1,1 miliar.
(BACA JUGA: Peluang Fintech Pertahankan Gelar 'Primadona' Investor pada 2021)
Grab Financial Group bahkan membuat sejarah dengan mengumpulkan putaran seri A terbesar di Asia Tenggara, yakni US$ 300 juta. Pendanaan ini dipimpin oleh perusahaan Korea Selatan, Hanwha Asset Management.
Sedangkan tahun lalu, Cento Ventures mencatat bahwa pendanaan ke startup Asia Tenggara turun 3,5% yoy menjadi US$ 8,2 miliar. “Penurunan ini lebih kecil dibandingkan India yang mencapai 31% dan Afrika 38%,” demikian dikutip dari laporan bertajuk ‘SE Asia Tech Investment FY 2020’, akhir bulan lalu (26/3).
Pada semester I 2020, pendanaan ke startup Asia Tenggara US$ 5,9 miliar. Sedangkan di semester II US$ 2,3 miliar.
Sedangkan, jumlah kesepakatan investasi sepanjang tahun lalu 645, turun dibandingkan 2019 yang mencapai 704.
Berdasarkan nilainya, Indonesia berkontribusi 70% terhadap total pendanaan pada 2020. Lalu Singapura (14%), Malaysia (5%), Thailand (5%), Vietnam (4%), dan Filipina (2%).
Sedangkan dari sisi jumlah kesepakatan investasi, Singapura memimpin dengan porsi 37%. Lalu Indonesia (27%), Vietnam (14%), Malaysia (12%), Thailand (6%), dan Filipina (5%).
Besarnya nilai investasi yang diperoleh perusahaan rintisan Indonesia ditopang oleh startup jumbo. “Hampir setengah dari dana yang terkumpul masuk ke unicorn termasuk Grab Holdings, Gojek, Bukalapak, dan Traveloka,” demikian dikutip.
Cento Ventures mencatat, pendanaan lebih dari US$ 100 juta menyumbang 57% dari total investasi.
Yang menarik, Cento Ventures mencatat bahwa perusahaan fintech Thailand dan Malaysia menempati urutan pertama yang banyak mendapatkan pendanaan pada tahun lalu. Porsinya masing-masing yakni 10% dan 13%.