Startup Pertanian TaniHub Kaji Akuisisi Perusahaan dan IPO
Startup bidang pertanian, TaniHub Group meraih pendanaan US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar pada tiga pekan lalu (21/5). TaniHub pun mengkaji pencatatan saham perdana alias IPO dan akuisisi perusahaan lain.
CEO TaniHub Group Pamitra Wineka mengatakan, butuh waktu untuk bisa melantai di bursa saham. “Kami menyiapkan. Namun, belum tahu pastinya kapan. Yang pasti, dalam tiga tahun ke depan, menurut saya cukup oke,” kata dia dalam acara virtual executive interview, Senin (31/5).
Pada kesempatan itu, ia juga berkomentar mengenai potensi merger maupun akuisisi perusahaan lain. Pria yang akrab disapa Eka itu menjelaskan, aksi korporasi berpotensi mempercepat upaya perusahaan untuk tumbuh dan mendorong efisiensi.
“Itu karena ada beberapa (perusahaan) yang kuat di (model bisnis) business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C),” ujar Eka.
Sedangkan TaniHub kuat di sisi hulu, yakni mengambil hasil pertanian dan mengolahnya melalui warehouse maupun Processing and Packing Center (PPC). “Kalau kami bisa bergabung dengan pemain yang menggarap niche (ceruk) spesifik, mungkin dapat menambah (pertumbuhan) bisnis dan dampak ke petani,” katanya.
Merger dan akuisisi juga dikaji karena perusahaan menargetkan bisa menggaet satu juta petani. Eka menyampaikan, pengelolaan hasil panen dari satu juta petani bukan hal mudah.
Oleh karena itu, perusahaan mengkaji kemungkinan merger dan akuisisi. Namun, sejauh ini TaniHub belum menentukan startup maupun sektor tertentu yang diincar. Yang pasti, ia menyasar startup yang dapat membantu petani.
Selain itu, TaniHub berencana untuk serius mengkaji merger dan akuisisi setelah meraih pendanaan seri C. Eka mengatakan, kemungkinan perusahaan menggalang investasi baru tahun depan.
“Uang tunai (dari pendanaan seri B) baru masuk dan masih banyak. Tetapi kami mempersiapkan minimal setahun dari sekarang untuk seri C. Nilainya kan besar, jadi harus dipersiapkan dari sekarang,” kata dia.
Investor dari kalangan modal ventura memperkirakan exit strategy berupa IPO dan konsolidasi startup marak tahun ini. Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian.
“Startup, terutama yang growth stage akan melirik opsi investasi yang lebih agresif seperti IPO,” ujar CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro kepada Katadata.co.id, pada Maret (17/3). “Mungkin setelah mendapatkan pendanaan seri B.”
Sedangkan perusahaan rintisan yang sukses mencari pendanaan (fund raising) dinilai bakal melirik akuisisi. Ini bertujuan mencapai pertumbuhan non-organic, produk, atau talenta digital.
“Sebaiknya untuk startup growth stage atau yang sudah melewati beberapa putaran pendanaan,” kata Eddi. Akan tetapi, potensi IPO dan konsolidasi ini tergantung pada sektor dan wilayah operasi.