Transaksi Hampir Rp 9 T per Bulan, Startup GudangAda Raih Rp 1,5 T
Startup GudangAda meraih pendanaan seri B US$ 100 juta atau hampir Rp 1,5 triliun yang dipimpin oleh Asia Partners dan Falcon Edge. Perusahaan rintisan digitalisasi warung ini membukukan transaksi atau GMV bulanan US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun sepanjang tahun lalu.
“Asia Partners dan Falcon Edge memiliki rekam jejak luar biasa dalam mendukung perusahaan portofolio, terutama di area di mana kami perlu memacu pertumbuhan,” kata CEO GudangAda Stevensang dalam keterangan resmi, Kamis (22/7).
Investor sebelumnya yakni Sequoia Capital India, Alpha JWC, dan Wavemaker Partners berpartisipasi dalam putaran pendanaan terbaru tersebut. Secara keseluruhan, GudangAda meraih investasi US$ 135 juta.
Startup e-commerce business to business (B2B) itu berencana menggunakan dana segar tersebut untuk memperkuat ekosistem rantai pasokan. Penguatan ini melalui ekspansi layanan logistik, pergudangan, penambahan kategori produk di luar barang fast-moving consumer goods (FMCG), sistem pembayaran, keuangan, data, dan pemasaran.
“Kami sekarang berada di posisi yang tepat untuk memberdayakan seluruh pemain rantai pasokan, mulai dari produsen, distributor, grosir hingga pengecer,” ujar Stevensang. “Juga mengembangkan model monetisasi yang komprehensif dengan ekosistem yang lengkap.”
GudangAda juga akan meningkatkan kapasitas tim. Startup ini berencana memperkuat posisi dengan mengembangkan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) agar dapat menawarkan layanan personalisasi bagi para pedagang.
Saat ini, GudangAda menggaet 500 ribu pelaku UKM di Indonesia, yang melibatkan lebih dari tiga juta pekerja. Net merchandise value (NMV) GudangAda US$ 6 miliar selama kurang dari tiga tahun.
Dikutip dari Yieldify, NMV adalah hasil yang diperoleh setelah mengurangi semua biaya dan pengeluaran dari nilai transaksi alias gross merchandise value (GMV) selama periode tertentu.
Sebelumnya SVP Business Strategy & Revenue Growth GudangAda Hansel menyampaikan, GMV bulanan tembus US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun selama 2020. “Bisnis ditarget tumbuh lima kali lipat hingga akhir tahun ini,” kata Hansel kepada Katadata.co.id, akhir bulan lalu (28/6).
Selain itu, nilai investasi terakumulasi GudangAda kurang dari US$ 35 juta. Ini artinya, rasio efisiensi permodalan 170 kali.
CFO GudangAda JJ Ang menambahkan, layanan logistik meningkat dua kali lipat setiap dua bulan sejak pertengahan tahun lalu. Perusahaan menerapkan konsep bisnis asset-light dan capital-efficient, lewat kerja sama dengan para pemilik bisnis kendaraan dan gudang.
Diluar kerja sama itu, GudangAda menawarkan sistem layanan manajemen transportasi dan gudang yang dinamis.
Startup itu juga menawarkan one-stop solution kepada UMKM. GudangAda memperluas kategori produk ke segmen obat-obatan atau farmasi, kemasan, peralatan rumah tangga, dan alat tulis.
Ekspansi kategori itu didorong melalui kemitraan end to end (E2E) dengan prinsipal, distributor, pedagang besar, dan eceran di dalam rantai pasokan. Sejak ekspansi pada awal tahun ini, puluhan ribu UKM bertransaksi dalam kategori baru itu.
Hingga saat ini, GudangAda bermitra secara resmi dengan lebih dari 65 prinsipal, termasuk lokal, nasional, dan multinasional seperti Sido Muncul, Sasa, dan Reckitt Benckiser. GudangAda berencana memperluas kerja sama dengan lebih banyak prinsipal.
Co-Founder dan Partner Asia Partners Oliver M Rippel mengatakan, telah mempelajari bisnis GudangAda selama setahun terakhir. Ia menilai, startup ini menawarkan cara penting untuk menavigasi kompleksitas rantai pasokan di Indonesia.
Co-Founder Falcon Edge Navroz D Udwadia menambahkan, GudangAda menjadi marketplace e-commerce terbesar bagi UMKM Indonesia dengan metrik terbaik. “Penelitian dan percakapan kami dengan para prinsipal, grosir, dan pengecer meyakinkan kami akan return on investment (ROI) GudangAda dan manfaat yang ditawarkan bagi ekosistem,” ujarnya.