IPO Startup Masih Jadi Tren, Pendidikan – Kripto Diminati Tahun Ini

Fahmi Ahmad Burhan
9 September 2021, 18:42
ipo startup, ipo unicorn, gojek, bukalapak, traveloka
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berjalan di dekat monitor pergerakan bursa saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2020 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020).

Sejumlah investor memperkirakan, pencatatan saham perdana alias IPO startup di Indonesia tren hingga tahun depan. Perusahaan rintisan yang diminati yakni pendidikan dan terkait kripto, seperti bitcoin.

Venture Partner di Pegasus Tech Ventures Justin Patrick mencatat, ada beberapa startup Indonesia yang berencana IPO tahun ini. Bukalapak sudah melakukannya bulan lalu.

Gabungan Gojek dan Tokopedia yakni GoTo menargetkan bisa IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini. Selain itu, unicorn Traveloka dan Kredivo merencanakan hal serupa.

Justin memperkirakan, tren IPO unicorn dan startup berlangsung hingga tahun depan. "Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, exit strategy selalu menjadi pertanyaan,” kata dia dalam acara Wild Digital Indonesia 2021, Kamis (9/9).

Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang berfokus memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian. “IPO menjadi salah satu opsi," katanya. Cara lainnya yakni merger dan akuisisi.

Chief Investment Officer Indonesia Investment Authority (INA) Stefanus Ade Hadiwidjaja menilai, banyaknya startup yang berencana IPO, karena ekosistem digital Tanah Air mulai matang. Ini didorong oleh perubahan pola ekonomi selama pandemi Covid-19, yang lebih mengandalkan layanan digital.

Selain itu, tren IPO startup terdorong oleh pencatatan saham perdana Bukalapak. "Jadi, IPO Bukalapak ini membuat standar baru dan bagus untuk seluruh ekosistem," katanya.

Ia menilai, iklim investasi startup tahun depan akan terdorong oleh regulasi pemerintah. "Pemerintah mengeluarkan aturan Undang-undang Cipta Kerja atau Omnibus Law. Ini benar-benar mendorong investasi yang jauh lebih baik," katanya.

Partner Venture Capital Asia di Sovereign's Capital Kevin Sutantyo pun mengatakan sejumlah sektor startup yang diminati oleh investor. "Kami masih percaya pada pendidikan (edtech). Sektor lainnya saya kira kripto," katanya.

Ia juga menjelaskan, investor tertarik dengan startup yang menerapkan prinsip Environmental, Social and Good Governance (ESG). "Perusahaan perlu menerapkan tata kelola sosial dan lingkungan atau menjadi ESG enabler," katanya.

Di Indonesia, beberapa startup besar seperti Gojek dan Tokopedia merambah bisnis impact investing atau investasi berdampak. Gojek menggaet Honda dan Gesits untuk mengembangkan kendaraan listrik. Ini sebagai bagian dari komitmen Three Zeros: Zero Emissions, Zero Waste dan Zero Barriers atau nol emisi pada 2030.

Decacorn itu juga membuat layanan GoTransit untuk mendukung nol emisi 2030. GoTransits merupakan solusi mobilitas yang membantu pengguna menentukan rute perjalanan.

Selain itu, Gojek membuat fitur hitung emisi karbon yakni GoGreener Carbon Offset dengan menggaet startup Jejak.in. Melalui fitur ini, pengguna bisa menghitung jumlah emisi karbon sehari-hari dan mengonversinya dengan menanam pohon.

Sedangkan Tokopedia berfokus memberikan panggung kepada mitra penjual yang menawarkan konsep ramah lingkungan seperti Demi Bumi, Burgreens, Custombox Indonesia, dan NutriMart.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...