Bos Lazada Kritik SuperApp Asia Tenggara karena ‘Tertutup’
CEO Lazada Group Chun Li menilai, perusahaan digital di Asia Tenggara harus menghindari pembuatan aplikasi super (superapp) walled-garden. Ia berharap, startup dan korporasi di bidang teknologi lebih banyak berkolaborasi dan diferensiasi.
Walled-garden adalah istilah yang menggambarkan ekosistem tertutup, sehingga semua operasi dikendalikan oleh operator.
“Kita harus bekerja sama untuk membangun jaringan terbuka dalam ekonomi digital ini, bukan aplikasi atau platform super walled-garden,” kata Li dalam pidato utamanya di Singapore Apex Business Summit, dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/3).
The Edge Market melaporkan, Lazada sebagian besar berfokus pada layanan belanja online. Sedangkan perusahaan digital di Asia Tenggara seperti Grab Holdings Ltd dan GoTo memperluas layanan dengan mencakup segala hal mulai dari e-commerce, berbagi tumpangan (ride-hailing) hingga perbankan.
Induk Lazada, Alibaba Group Holdings Ltd telah lama menganjurkan Tencent dan perusahaan media sosial lainnya untuk membuka platform atau ekosistem mereka. Raksasa teknologi ini Cina itu juga mengatakan, pengguna harus memiliki lebih banyak pilihan sambil mendambakan akses ke lalu lintas besar yang perusahaan digital hasilkan.
Namun perusahaan media sosial berpendapat bahwa langkah tersebut harus bertahap untuk menghindari merusak pengalaman.
Sedangkan Alibaba Group Holdings Ltd juga menjadi salah satu perusahaan yang diselidiki oleh Beijing terkait monopoli. Selain Alibaba, Tencent hingga TikTok beberapa kali didenda oleh otoritas Tiongkok.
Li memulai karier di Amerika Serikat (AS) sebagai manajemen senior di PayPal Holdings Inc dan EBay Inc. Dia bergabung dengan Alibaba pada 2014 sebagai chief technology officer (CTO) untuk unit bisnis-ke-bisnis.
Pada 2020, ia diangkat sebagai CEO Lazada Group. “Area fokus utama Lazada yakni e-commerce, pembayaran, dan logistik,” kata Li.
Lazada bersaing ketat dengan Sea Ltd, induk Shopee. Sea mengoperasikan bisnis belanja online, game online, dan layanan keuangan.
Perusahaan asal Singapura itu juga memperluas layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara. Hal ini meningkatkan persaingan dengan Grab, GoTo, Foodpanda, dan Deliveroo di kawasan.
Grab menetapkan lebih banyak anggaran untuk mempertahankan pangsa di segmen perjalanan, pesan-antar makanan, dan pasar grosir. Total pengeluarannya untuk insentif juga meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 583,5 juta pada kuartal IV 2021.
Secara keseluruhan tahun lalu, belanja insentif Grab melonjak menjadi US$ 1,78 miliar dari US$ 1,24 miliar pada 2021.
Pesaingnya, GoTo disebut memiliki valuasi US$ 28,8 miliar. Induk dari Gojek dan Tokopedia ini merambah banyak layanan seperti e-commerce, berbagi tumpangan hinga bank digital.
Sedangkan Lazada yang diluncurkan 10 tahun lalu, kini memiliki lebih dari satu juta penjual aktif dan 150 juta pelanggan di platform.
“Semua pemain tidak boleh lupa untuk berkolaborasi sambil bersaing untuk memberikan konsumen dan penjual pilihan terbaik di area fokus mereka,” kata Li.