Startup GajiGesa Andalkan Layanan Upah Lebih Awal bagi Pekerja

Fahmi Ahmad Burhan
8 April 2022, 21:15
Startup
GajiGesa
Ilustrasi platform GajiGesa

Perusahaan rintisan atau startup penyedia solusi kesejahteraan karyawan, GajiGesa menyasar potensi pasar pekerja di Indonesia. Startup ini mengembangkan layanan upah lebih awal yang membantu pekerja lepas dari ketergantungan pinjaman daring (online) atau pinjol ilegal.

CEO GajiGesa Vidit Agarwal mengatakan, perusahaan menyasar pekerja di Indonesia karena potensinya besar.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 138,2 juta jiwa pada 2020. Sedangkan, pekerja di Indonesia, terutama pekerja 'kerah biru' kerap menemui masalah keuangan.

Dengan penghasilan terbatas, pekerja sering dihadapkan pada kebutuhan harian yang mendesak. Pekerja membutuhkan akses keuangan, namun gaji bulanan belum cair.

"Sebenarnya pekerja membutuhkan gaji lebih awal. Ini untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam keadaan darurat," katanya di Instagram live StartEdgy Katadata.co.id, Jumat (7/4).

Alhasil, pekerja mencari pinjaman secara online, bahkan dari pinjol ilegal dengan bunga yang tinggi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, GajiGesa meluncurkan layanan upah lebih awal bernama Earned Wage Access (EWA).

Layanan tersebut memungkinkan pekerja menarik gaji yang diperoleh sesuai permintaan dan lebih cepat dari siklus pembayaran tradisional akhir bulan. Solusi ini juga memungkinkan perusahaan mitra mengelola tenaga kerja dan arus kas.

"Melalui solusi ini, banyak manfaat bagi pekerja," kata Vidit.

Berdasarkan survei GajiGesa tahun lalu, layanan dari GajiGesa telah membuat lebih dari 80% karyawan berhenti menggunakan pemberi pinjaman informal untuk kebutuhan jangka pendek. 

Kemudian, layanan tersebut membuat lebih dari 40% pekerja kerah biru di ekosistem GajiGesa menggunakan layanan keuangan lainnya, seperti pembayaran tagihan hingga pengisian ulang data.

Lebih dari 25% pemberi kerja juga telah menggunakan gaji sebagai modal kerja daripada beralih ke pemberi pinjaman informal. Lalu, 20% karyawan menggunakan platform untuk mengurus pengeluaran terkait kesehatan.

Vidit mengatakan, sejak berdiri pada 2020, GajiGesa telah menggaet ratusan ribu pekerja untuk masuk di ekosistemnya. Kemudian, ada lebih dari 120 perusahaan yang telah bermitra dengan GajiGesa.

Vidit mengatakan, GajiGesa menargetkan lebih banyak lagi pengguna yang masuk di ekosistemnya. GajiGesa juga akan gencar berekspansi. 

"Kami pasti ekspansi. Kami akan memperluas jangkauan sektor perusahaan mitra juga wilayahnya di Indonesia," kata Vidit.

Akhir tahun lalu, GajiGesa telah mengumumkan pendanaan pra-seri A senilai US$ 6,6 juta tau sekitar Rp 94,5 miliar. Investasi ini dipimpin MassMutual Ventures, yang berbasis di Boston, Amerika Serikat (AS) dan Singapura.

Investor baru yang berpartisipasi yakni January Capital, Wagestream, Bunda Group, Smile Group, Oliver Jung, partner Northstar Group, termasuk Patrick Walujo, CEO Ula Nipun Mehra, dan APAC Business Lead Stripe Noah Pepper.

GajiGesa juga menjadi bagian dari 10 startup Indonesia yang mengikuti program akselerasi startup, yakni Endeavor ScaleUp Growth Program. Melalui program akselerasi tersebut, pendiri startup mendapatkan akses ke sumber daya, interaksi dengan pemimpin industri sukses, serta puluhan mentor di seluruh jaringan lokal dan global Endeavor.

Project Officer ScaleUp Growth Program Endeavor Indonesia Livia Rosti mengatakan, Endeavor memilih GajiGesa karena mempunyai model bisnis yang baik dan potensi pasar yang besar. "GajiGesa juga telah menunjukkan pertumbuhan yang kuat di pasar Indonesia," katanya.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...