Startup CoLearn, Tawarkan Kelas Online Matematika yang Menyenangkan
Pelajaran matematika selalu menjadi momok yang menakutkan bagi anak sekolah. Sebuah startup pendidikan, CoLearn berusaha meramu metode-metode pembelajaran yang menarik agar murid-murid sekolah dasar menyukai matematika.
Co-Founder dan COO CoLearn, Marc Irawan, mengatakan sebanyak 70% anak Indonesia menganggap matematika menjadi mata pelajaran yang menakutkan. Penyebabnya, pelajaran matematika yang kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Dia juga berpendapat bahwa pembelajaran matematika selama ini cenderung berfokus pada pengahapalan rumus-rumus. “Padahal banyak hal yang terbentuk dengan matematika,” kata Marc dalam diskusi Start-Edgy: Katadata x Endeavor Indonesia, dikutip Kamis (28/4).
Marc dan beberapa pendiri lain merintis CoLearn, startup di bidang edukasi (ed-tech) pada 2018. Aplikasi CoLearn pertama kali dirilis pada Agustus 2020, dengan fokus memberikan pelajaran tambahan buat murid SD. "Kami memberikan kelas online pas berbarengan dengan pandemi," kata dia.
Tak hanya matematika, CoLearn juga memberikan pelajaran seperti teknologi, sains, dan engineering. Bidang-bidang tersebut dianggap akan dibutuhkan di masa depan.
“Itu sangat menjadi dasar untuk pekerjaan-pekerjaan atau karir di masa depan yang penuh teknologi. Mimpi kita adalah membuat anak-anak Indonesia bisa berkompetisi dan berkolaborasi di tingkat dunia,” katanya.
Dalam kelas-kelasnya, CoLearn menggunakan kurikulum 2013 (K13) sebab meyoritas murid-muridnya mengenyam pendidikan formal di sekolah yang menggunakan K13.
Marc mengatakan terdapat tantangan dalam menjelaskan materi-materi K13 dengan menyenangkan. CoLearn pun menyajikan dalam kelas interaktif secara live dan bukan dari video rekaman. Lewat kelas interaktif itu, guru dapat memberikan motivasi kepada muridnya.
“Fokus kami sebenarnya bagaimana kami bisa membuat kelas yang interaktif dan menyenangkan yang seringnya diasosiasikan dengan kelas tatap muka, tapi itu kita lakukan online,” ujarnya.
CoLearn memilih tenaga pengajar tak hanya berdasarkan kemahiran dalam bidangnya, tetapi juga kemampuan dalam memotivasi para murid. Dalam proses rekruitmen guru, CoLearn mensyaratkan calon guru untuk mengirimkan video perkenalan untuk kemudian dinilai cara mereka berinteraksi dengan murid-murid.
“Jadi yang kita cari adalah kapasitas untuk mengajar,” kata Marc.
Selain membuat materi pelajaran menjadi menyenangkan, tantangan lain yang tengah dihadapi ed-tech startup seperti CoLearn yaitu pemerataan akses informasi dan teknologi bagi anak-anak di Indonesia. Menanggapi persoalan itu, Marc melihatnya dari sisi yang berbeda. Menurutnya, meski akses internet masih sulit di beberapa daerah, tetapi ada peningkatan di setiap masa.
“Di 2017, internet connectivication itu 50%, tapi kalau di 2022 sudah sekitar 70% dan diprediksikan 2026 sudah 82% internet connectivication,” kata dia.
Marc yakin bahwa CoLearn mampu bersaing dengan yang lainnya, sebab memiliki cara yang berbeda. Tak hanya berfokus pada bagaimana murid menyelesaikan ujian, tetapi juga berfokus pada bagaimana memberikan pondasi ilmu kepada murid. “Bukan sekedar untuk lulus ujian karena setelah ujian, kehidupannya masih panjang,” kata Marc.
Lebih dari 50% responden di Indonesia menggunakan YouTube dan Zoom untuk kegiatan pengembangan diri, baik hard skill, soft skill, hobi, maupun bahasa asing, selama pandemi Covid-19. Sekitar 30% responden juga memanfaatkan Google Meet dan Ruangguru. Berikut grafik Databoks: