Deretan Startup Tumbang di Indonesia Selama Pandemi Covid-19
Beberapa startup menutup layanan di Indonesia, bahkan bangkrut selama pandemi Covid-19. Sedangkan yang lainnya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Yang terbaru, startup penyedia jasa perbaikan peralatan rumah tangga asal Malaysia Koadim menutup layanan di Indonesia. Koadim beroperasi di Tanah Air sebagai entitas bernama Beres.id.
Selain di Indonesia, Koadim menutup layanan di Singapura bernama Kaodim.sg dan Filipina Gawin.ph.
"Dengan berat hati kami umumkan bahwa mulai 1 Juli, Beres.id dan semua platform afiliasi tidak akan beroperasi lagi," kata Co-Founder dan CEO Koadim Choong Fui Yu dikutip dari laman resmi, Rabu (8/6).
Choong mengatakan, pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir sangat menantang. Penguncian atau lockdown berkepanjangan mengganggu operasional bisnis. Koadim juga kekurangan tenaga kerja, sementara biaya operasional meningkat.
Menurutnya, tantangan tersebut semakin parah karena inflasi global. Hal tersebut memengaruhi permintaan pelanggan, pemenuhan penyedia layanan, margin, dan pendapatan perusahaan.
"Dengan latar belakang ini, kami dengan enggan, tetapi secara sadar sampai pada keputusan yang sulit untuk menghentikan operasi," ujar Choong.
Meski begitu, Choong berjanji akan menyelesaikan dan menyelesaikan kewajiban perusahaan terkait pesangon karyawan dan hak-hak lainnya.
Bulan lalu, startup penyedia platform kebutuhan pokok, Brambang menutup layanan groceries. Perusahaan rintisan ini beralih ke produk elektronik.
“Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat (27/5) Pukul 19.00 WIB,” kata Brambang melalui akun Instagram @brambangdotcom, akhir bulan lalu (26/5).
Perusahaan akan memproses pesanan dan keluhan hingga Sabtu (28/5). Brambang akan beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik. Perusahaan pun membuat akun Instagram baru yakni @brambangelektronik.
Unicorn asal India Mobile Premier League (MPL) juga melakukan PHK terhadap 10% dari total pegawai atau sekitar 100 orang. Startup e-sports ini juga bersiap untuk keluar dari pasar Indonesia
Keputusan unicorn itu memecat karyawan merupakan bagian dari upaya mengurangi biaya. “Ini dilakukan karena MPL ingin mempertahankan kinerja keuangan,” ujar sumber yang mengetahui masalah tersebut dikutip dari Tech in Asia, pekan lalu (2/6).
Hampir 30% dari total staf yang diberhentikan berasal dari Indonesia.
Startup lainnya seperti Sorabel, Eatsy, Stoqo, Hooq, dan Airy Rooms juga menutup layanan. Selain itu, perusahaan video on demand (VoD) iFlix mengalami kesulitan dari sisi keuangan di tengah pandemi Covid-19.
Kemudian, startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) UangTeman dikabarkan kesulitan membayar gaji pegawai. Bahkan, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK telah mencabut izin usaha UangTeman.
UangTeman disebut-sebut belum membayarkan gaji dan pajak penghasilan alias PPh karyawan sejak akhir 2020. Asuransi ketenagakerjaan dan kesehatan pun belum dibayarkan.
Kemudian, startup di bidang furnitur Fabelio juga disebut-sebut belum membayarkan gaji karyawan sejak September 2021. Pengguna Change.org atas nama karyawan pun membuat petisi di Change.org.
“Saya sudah lama bekerja di Fabelio di level 5. Terakhir saya mendapatkan gaji pada September. Itu pun hanya 75%,” demikian dikutip dari laman Change.org atas nama karyawan Fabelio.
Ia menyampaikan, gaji karyawan level 5 sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 7 juta per bulan. “Kami ingin menuntut hak kami. Kami ragu bisa melakukan audiensi dengan Fabelio secara langsung, mengingat level karyawan saya ada di level 5,” katanya.
Oleh karena itu, ia membuat petisi untuk meminta Fabelio membayarkan gaji karyawan dan vendor. Pada fitur komentar, pengguna lain menambahkan bahwa Fabelio juga belum membayarkan sebagian tunjangan hari raya (THR) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan.