Di Tengah Badai PHK, Deretan Startup Ini Meraih Untung

Fahmi Ahmad Burhan
10 Juni 2022, 19:39
startup, bubble burst
Fore Coffee
Fore Coffee.

Sejumlah perusahaan teknologi rintisan atau startup Indonesia tengah menghadapi permasalahan yang dikenal sebagai fenomena bubble burst. Situasi ini menyebabkan badai pemecatan atau pemutusan hubungan kerja (PHK).

Di tengah fenomena bubble burst, masih ada startup Indonesia yang mencatatkan untung. Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca di akun LinkedIn-nya juga mencatat sejumlah startup yang telah untung, seperti Fore Coffee hingga Ruangguru.

"Ada musim panas dan ada musim dingin. Beberapa perusahaan berjalan dengan baik, perusahaan lainnya tidak bisa melaluinya dengan baik," kata Willson dikutip dari akun LinkedIn-nya pada Rabu (8/6).

Startup perikanan eFishery merupakan salah satu yang telah mencatatkan untung. "Omset eFishery telah mencapai Rp 4 triliun. Startup ini jauh lebih profit daripada Gojek," kata pendiri perusahaan pengelola dana (private equity firm) Grup Northstar, Patrick Walujo dalam acara Leader Talks Unpar, dikutip dari YouTube Unpar Official, Senin (30/5).

Northstar merupakan investor eFishery. Selain eFishery, Northstar merupakan investor pertama Gojek.

Berikut beberapa startup Indonesia yang telah mencatatkan untung, di antaranya:

1. eFishery

Startup yang berbasis di Bandung, Jawa Barat itu berdiri sejak 2013. eFishery merevolusi industri budidaya ikan dan udang yang tradisional. Caranya, eFishery menawarkan platform end to end yang terintegrasi dan memberikan pembudidaya ikan dan udang akses terhadap teknologi, pakan, pembiayaan, dan pasar.

Saat ini, eFishery telah menggaet 30 ribu pembudidaya ikan di seluruh Indonesia. Perusahaan rintisan ini menargetkan bisa menggaet satu juta pembudidaya dalam jangka waktu lima tahun.

eFishery juga berencana ekspansi ke 10 negara setelah mendapatkan pendanaan seri C US$ 90 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun pada Januari. Tahun ini, perusahaan rintisan perikanan itu menyasar Thailand. Lalu India dan Cina.

2. Kopi Kenangan

Startup kuliner ini telah menyandang status sebagai unicorn. Kopi Kenangan punya misi untuk menjadikan biji kopi Indonesia dikenal dunia. Tak hanya gencar ekspansi di Tanah Air, perusahaan yang berdiri pada 2017 ini bertekad untuk mulai menggelar lapak warung kopi di luar negeri tahun ini.

Desember lalu, Kopi Kenangan memperoleh pendanaan seri C tahap pertama senilai US$ 96 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Pendanaan tersebut dipimpin Tybourne Capital Management, sekaligus mengantarkan Kopi Kenangan sebagai perusahaan new retail food and beverage (F&B) berstatus unicorn pertama di Asia Tenggara.

3. Fore Coffee

Sejak meluncurkan aplikasi pada pekan kedua Desember 2018, Fore mencatat penjualan tumbuh 1.478 % dari 19 ribu menjadi 300 ribu gelas kopi per bulannya. Setidaknya, Fore menjual 10 ribu gelas kopi sehari pada 2019. Sebanyak 85 % dari total penjualan dipesan melalui aplikasi dan layanan pesan-antar.

Karena perkembangan bisnisnya ini, Fore pun memperoleh pendanaan Seri A pada 2019. Investasi ini dipimpin oleh modal ventura East Ventures dan diikuti oleh SMDV, Pavilion Capital, Agaeti Venture Capital, dan beberapa angel investor.

4. Ruangguru

Startup pendidikan ini dikabarkan meraup laba operasional US$ 1,8 juta atau sekitar Rp 25,6 miliar pada 2020. Tech In Asia melaporkan, 2020 merupakan tahun keuangan pertama yang menguntungkan bagi Ruangguru. “Ruangguru mampu meraih profitabilitas meski menggandakan biaya tunjangan karyawan,” demikian dikutip dari Tech In Asia, pada tahun lalu (11/10/2021).

5. Xurya

Xurya merupakan startup energi terbarukan yang membantu menyediakan layanan pemasangan panel surya. Xurya memakai metode zero investment kepada pelanggannya untuk beralih ke panel surya.

Sejumlah klien Xurya diantaranya Tokopedia, Plaza Indonesia, Traveloka, MGM Bosco, Platinum, DHL, hingga Vastland. Xurya telah memasang panel surya di 57 lokasi di Indonesia.

Pada awal tahun ini Xurya mendapatkan pendanaan seri A dari East Ventures dan perusahaan milik Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk senilai US$ 21,5 juta atau Rp 308 miliar.

6. Nusantics

Nusantics merupakan startup di bidang teknologi genomika. Perusahaan rintisan itu didirikan oleh Sharlini Eriza Putri, Vincent Kurniawan, dan Revata Utama pada 2019.

Nusantics mengklaim sebagai startup lokal pertama yang dapat menganalisis profil mikrobioma. Dalam pengertian sederhana, mikrobioma adalah ekosistem kompleks yang terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri, virus hingga jamur yang hidup di permukaan dan dalam tubuh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...