Startup RI SUN Energy Gaet Huawei Buat Teknologi Pantau Panel Surya
Startup energi surya SUN Energy meluncurkan ruang pemantauan kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berbasis Internet of Things (IoT) pertama di Indonesia. Perusahaan rintisan ini pun menggaet raksasa teknologi asal Cina, Huawei.
CEO SUN Energy Phillip Lee mengatakan, ruang pemantauan kinerja PLTS itu bernama SUN Energy Tech Space. Di ruangan itu, tim ahli SUN Energy dapat memantau dan mengontrol kinerja sistem PLTS yang tersebar di seluruh Indonesia hingga Thailand.
Sistem perangkat yang dipasang mampu mengidentifikasi, menginformasikan, dan mendiagnosis masalah. "Alhasil, kegiatan operasi dan pemeliharaan sistem energi surya di lokasi pelanggan dapat dimonitor secara real-time," kata Phillip dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (14/7).
Dengan bantuan teknologi Huawei, fitur perangkat di SUN Energy Tech Space bisa mengedepankan aspek keselamatan yang proaktif dan memberikan pengalaman perkembangan teknologi dengan konektivitas IoT, komputasi awan (cloud), serta kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Teknologi itu mampu membantu sistem PLTS dipantau di mana pun dan kapan pun.
SUN Energy merupakan startup energi surya yang berdiri pada 2016. SUN Energy menyediakan layanan terintegrasi bagi para pelanggan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik.
"Sejak berdiri pada 2016, portofolio SUN Energy tersebar di lebih dari 25 kota Indonesia dan tiga negara lainnya. Kami mengantongi proyek 280 megawatt peak (MWp)," kata Chief Executive Officer SUNterra & SUN Mobility Fanda Soesilo.
Sejumlah korporasi dari berbagai sektor menjadi pelanggan dari SUN Energy misalnya Sinarmas Land, Unilever hingga Djarum.
Selain itu, SUN Energy menawarkan solusi sistem energi surya bagi pelanggan residensial melalui SUNterra. SUN Energy juga meluncurkan layanan terbaru yang menyasar pasar kendaraan listrik yakni SUN Mobility.
SUN Energy berhasil meraih pendanaan seri A US$ 25 juta atau lebih dari Rp 360 miliar tahun lalu. Pendanaan ini dipimpin oleh TBS Energi Utama, melalui anak usahanya PT Toba Bara Energi (TBAE).
Investor lain yang terlibat yakni PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), induk perusahaan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA).
Chief Commercial Officer SUN Energy Dionpius Jefferson mengatakan, perusahaan mengembangkan energi surya di Indonesia karena potensinya besar. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, 60% dari 587 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit energi baru terbarukan berasal dari energi surya.
PLN juga mencatat terdapat lebih dari 5.000 konsumen PLN yang memanfaatkan sistem PLTS per awal kuartal II.
"Permintaan masyarakat juga akan berkembang terus. Apalagi, rasio elektrifikasi Indonesia masih rendah. Jadi banyak orang Indonesia yang belum memiliki listrik," kata Dion.