Ciri-ciri Startup Diminati Investor di Tengah Ancaman Resesi
IMF, Bank Dunia hingga JP Morgan melihat ada peningkatan risiko resesi ekonomi global tahun depan. Namun ada sejumlah startup yang tetap mendapatkan pendanaan di Indonesia.
East Ventures Principal Devina Halim menyampaikan, perusahaannya mempertimbangkan faktor pendiri dan potensial pasar sebelum berinvestasi di startup. “Dari sisi people, faktor kuat apa yang membedakan pendiri ini dengan yang lain,” kata dia dalam acara CEO on Stage Kompas dikutip dari siaran di YouTube, Selasa (18/10).
Perusahaan modal ventura itu meninjau pendiri startup dari tiga sisi, yakni integritas, kemampuan mengidentifikasi diri atau self awareness, dan paradoxical nature.
“Paradoxical nature misalnya, pendiri startup ini tegas tetapi di satu waktu mau belajar dan beradaptasi atas perubahan di industri,” kata dia.
Sedangkan dari sisi potensial pasar. “Bukan hanya dari sisi size, tetapi juga amount of market presence (konsumen yang ditargetkan),” ujar dia. “Kami juga meninjau problem statement yang cukup kuat.”
East Ventures akan meninjau solusi yang ditawarkan oleh startup itu benar-benar mengatasi permasalahan konsumen atau tidak.
Sedangkan dari sisi sektor, East Ventures menyasar startup dari banyak bidang mulai dari e-commerce, logistik, dan lainnya. “Belakangan mungkin yang menarik juga itu Web3 dan kripto,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro sempat menyampaikan bahwa investor kini mengurangi porsi pendanaan ke startup karena likuiditas berkurang. Langkah ini utamanya dilakukan oleh investor luar negeri.
Sedangkan pengetatan likuiditas terjadi karena dua faktor, yakni:
- Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
- Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai
Dia memperkirakan, pengetatan likuiditas itu terjadi dalam satu sampai dua tahun. “Saya tidak tahu juga. Ini perkiraan saja,” ujar Eddi kepada Katadata.co.id, pada Mei (27/5).
Meski begitu, investor akan tetap berinvestasi di startup. Menurutnya, ada banyak sektor yang menarik untuk dilirik, seperti e-commerce, teknologi finansial (fintech), kuliner (foodtech), kesehatan (healthtech), atau pendidikan (edutech).
Namun, setiap investor, terutama modal ventura memiliki mandat yang berbeda. Ada yang berfokus mendanai startup fintech. Ada juga yang terbuka untuk semua sektor.
Oleh karena itu, investor akan lebih memerhatikan kemampuan startup untuk bertahan dan mencetak keuntungan, sebelum berinvestasi. Dengan begitu, ciri-ciri perusahaan rintisan yang diminati oleh investor saat likuiditas kering yakni:
1. Sudah siap untuk mencetak keuntungan atau arus kas positif
“Lebih ke startup yang sudah mature untuk dapat profit dan cashflow positif,” katanya.
2. Berada pada tahap growth stage
“Kalau early stage berisiko,” tambah Eddi.
3. Memiliki exit strategy yang jelas
Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian. Ini bisa berupa IPO, merger, atau akuisisi.
“Apakah mau mencatatkan saham perdana alias IPO atau yang lain, itu harus jelas. Sekarang sudah lebih selektif, tidak seperti empat atau delapan tahun lalu,” ujar dia.
“Saat likuiditas seperti sekarang ini, investor lebih konservatif. Sama seperti saham. Saat uang sedang susah (didapat), ya ke saham blue chip. Kalau uang banyak, ya ke saham ‘gorengan’, tidak ada salahnya,” tambah dia.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, kondisi ekonomi global membawa sentimen negatif bagi pendanaan startup, termasuk di Indonesia.
Meski begitu, investasi akan tetap ada, namun menyesuaikan fundamental startup dan potensi pasar yang menjanjikan.
Ia juga memperkirakan, tren penurunan pendanaan startup berlangsung maksimal dua tahun. “Sentimen bisa berpengaruh sesaat dan tergantung situasi,” kata Edward.