Startup Pencarian Kerja Gapai Disuntik Rp 16 M, Bakal Ekspansi Global
Startup pencarian kerja asal Indonesia, Gapai, meraih pendanaan tahap awal atau seed sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 16 miliar. Dana ini akan digunakan untuk memperluas layanan penempatan kerja internasional.
Perusahaan rintisan ini menawarkan bantuan kepada tenaga kerja Indonesia untuk mengejar karir di pasar global.
Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Wavemaker Partners, dengan partisipasi dari Antler dan Angel Investor. Wavemaker Partners dan Antler merupakan dua VC global dengan spesialisasi investasi startup tahap awal di Asia Tenggara.
“Investasi dari Wavemaker Partners dan Antler mencerminkan kepercayaan terhadap potensi pertumbuhan Gapai dalam merevolusi proses penyaluran kerja migran antar negara,” kata CEO Gapai Radityo Susilo dalam keterangan pers, Rabu (8/5).
Gapai akan menggunakan dana ini untuk memperkuat proses operasional penempatan di luar negeri dengan infrastruktur teknologi yang komprehensif. Selain itu, Gapai berupaya merevolusi proses pengalaman penempatan pekerja migran di luar negeri dengan mengedepankan kemudahan, kecepatan, dan transparansi.
“Sejak mendapatkan pendanaan Antler di tahap pendirian, Gapai telah mengembangkan jaringan yang terdiri dari 12.000 pekerja berkualitas,” katanya. “Dengan populasi Indonesia yang besar dan terus berkembang, kami optimis bisa melipatgandakan jumlah tenaga kerja migran yang kami bantu setiap tahunnya.”
Radityo mengungkapkan, prioritas pengembangan bisnis Gapai tahun ini adalah memperluas jangkauan pasar Gapai ke 15 negara. Cakupan negaranya seperti di Eropa termasuk Hongaria, Rumania, Jerman, dan Inggris, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, serta negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi, UEA, Kuwait, dan Qatar.
Berdasarkan data nasional tahun 2020-2023, terdapat peningkatan tujuh kali lipat kasus perdagangan ilegal terhadap pekerja migran dari Indonesia. Sekitar 1.800 orang telah menjadi korban penempatan kerja ilegal di berbagai negara.
Untuk mengatasi masalah ini, Radityo menyampaikan, Gapai berfokus untuk menyaring kandidat, melakukan wawancara, dan memberikan pelatihan peningkatan keterampilan bagi para pekerja Indonesia. Tujuannya untuk membangun jaringan talenta siap kerja yang dapat memenuhi permintaan pasar internasional.
Dalam hal ini, Gapai berperan untuk menghubungkan calon karyawan dengan perusahaan yang sesuai. Sehingga proses penempatan kerja lintas batas negara dapat menjadi lebih cepat, aman, dan transparan dibandingkan melalui agen konvensional.
Gapai mencatat bisnisnya tumbuh hingga 10 kali lipat tahun lalu, dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2024, Gapai menargetkan untuk menjaring 70 ribu pekerja Indonesia, dan mengirim 2.200 diantaranya untuk berkarir di lanskap global.
“Gapai sebagai platform bagi pekerja migran, melalui aplikasinya, proses penyaluran dibuat menjadi lebih cepat dan lebih efisien bagi perusahaan dan kandidat,” ujar Managing Partner Wavemaker Partners Paul Santos. “Dengan menerapkan penyaringan kandidat yang teliti, Gapai bertujuan untuk memastikan proses lamaran yang berkualitas tanpa harus menunggu lama seperti biasanya, dan semua diselesaikan hanya dalam satu hingga dua bulan.”
Paul menjelaskan, dengan begitu, perusahaan mendapatkan aliran kandidat yang menjanjikan dari Indonesia secara cepat dan stabil, sekaligus menghemat biaya tenaga kerja dan perekrutan.
“Kami sangat menantikan pertumbuhan Gapai. Kami bangga dapat mendukung Gapai dalam memberikan kesempatan yang adil bagi para tenaga kerja Indonesia, untuk memaksimalkan potensi penghasilan mereka dan menghidupi keluarga mereka di Indonesia," kata dia.
Partner Antler Agung Bezharie Hadinegoro menambahkan, sektor jasa penyaluran tenaga kerja lintas negara terus bertumbuh, yang nilainya kini mencapai US$ 56 miliar atau sekitar Rp 900 triliun.
Menurutnya, Indonesia bisa berperan penting sebagai penyalur tenaga kerja migran di lingkup global, sebab berada di posisi strategis berkat bonus demografi.
Ia menilai Gapai siap untuk mentransformasi sektor migrasi, lewat perpaduan teknologi inovatif dan tata kelola yang transparan.
“Kami sangat antusias untuk kembali berinvestasi di Gapai dan kami percaya Gapai bisa membantu lebih banyak pekerja migran di Indonesia untuk mendapatkan peluang kerja yang sesuai dengan aspirasi mereka,” ujar Agung.
Pada 2045, Indonesia akan menikmati bonus demografi, di mana 70% penduduk akan berada di umur produktif kerja. Hal ini sangat kontras dengan wilayah seperti Jepang, Korea Selatan, dan Eropa, yang tengah mengalami tantangan populasi yang semakin menua dan pertumbuhan populasi yang lebih lambat.
Berdasarkan data tersebut, Gapai memiliki misi untuk memimpin upaya untuk memaksimalkan potensi ini. Sekaligus memastikan bahwa talenta-talenta Indonesia terlihat dan banyak dicari di panggung global.