Apa Dampak IHSG Rontok ke Startup Indonesia?


Gejolak pasar saham Amerika Wall Street berdampak terhadap rencana pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) unicorn di negara ini. Bagaimana dampak penurunan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ke startup Indonesia?
IHSG rontok 6,12% atau 395,87 poin ke level 6.076 pada perdagangan sesi pertama Selasa (18/3). IHSG bahkan sempat menyentuh level 6.011, meski hanya berlangsung sebentar.
Bursa Efek Indonesia atau BEI bahkan memberlakukan penghentian sementara perdagangan saham atau trading halt pada pukul 11:19 WIB. Trading halt merupakan langkah mitigasi untuk menjaga stabilitas pasar di tengah tekanan jual yang signifikan.
General Partner di Braxon Capital Pte Ltd Edward Ismawan menyampaikan investor publik dan privat berbeda dalam hal pertimbangan investasi. Dikutip dari Equityzen, investor privat berinvestasi dalam sekuritas yang tidak diperdagangkan secara publik, seperti saham perusahaan swasta atau investasi langsung dalam proyek tertentu.
Investasi itu biasanya tidak tersedia untuk umum dan sering kali memerlukan jumlah modal yang signifikan.
Sementara itu, investor publik adalah individu atau institusi yang berinvestasi dalam sekuritas yang diperdagangkan secara terbuka di pasar modal, seperti saham atau obligasi yang terdaftar di bursa efek.
Investasi itu dapat diakses oleh masyarakat umum, menawarkan likuiditas tinggi karena dapat diperjualbelikan dengan mudah, dan berada di bawah regulasi ketat untuk melindungi investor.
Edward menyampaikan penurunan IHSG atau faktor eksternal lain memang bisa memengaruhi investasi privat. “Namun, menyesuaikan diri pada kondisi pasar dan memiliki fleksibilitas dalam strategi jangka panjang, cukup penting untuk menghadapi tantangan ini,” kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (18/3).
Selain itu, menurut dia investor privat perlu berfokus pada fundamental startup yang akan disuntik modal.
Akan tetapi, penurunan IHSG bisa secara langsung memengaruhi investor privat, jika startup portofolionya berencana IPO. Gejolak di pasar saham bisa saja membuat rencana pencatatan saham perdana ditunda.
“Kalau memang ada pengaruh, itu lebih kepada masalah sentimen pasar, benchmark valuasi, likuiditas investor yang juga masuk ke pasar modal, dan juga potensi exit di bursa saham yang tertunda atau tidak idel,” ujar Edward.
Exit dalam istilah startup yakni pendekatan atau strategi untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian. Dikutip dari Startup Studio, jenis-jenisnya yakni menjual ke investor, mewariskan kepada keluarga, IPO, merger dan akuisisi, likuidiasi, management and employee buyouts.
Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatat per Januari, ada 18 calon emiten yang mengantre untuk IPO. Sektornya sebagai berikut:
- Dua perusahaan dari sektor material dasar
- Satu perusahaan dari sektor konsumer siklikal
- Enam perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- Dua perusahaan dari sektor energi
- Satu perusahaan dari sektor finansial
- Dua perusahaan dari sektor kesehatan
- Tiga perusahaan dari sektor industri
- Satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Dampak Gejolak Pasar Saham ke Rencana IPO Startup Amerika
Bursa saham Amerika Wall Street tertekan karena kebijakan Presiden Donald Trump yang mengerek tarif dagang untuk produk dari Meksiko, Kanada, Cina hingga Uni Eropa. Hal ini memicu kekhawatiran perang dagang dan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi.
Meski Wall Street mulai pulih awal minggu ini, Dow Jones Industrial Average mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak 2023, sementara Nasdaq Composite masih berada dalam fase koreksi, turun 11% dari level tertingginya pada penutupan Senin (17/3).
VIX atau Volatility Index mencapai hampir 30 pekan lalu atau melonjak 62,6% selama sebulan terakhir. VIX adalah indeks yang mengukur ekspektasi volatilitas pasar saham AS dalam 30 hari ke depan, berdasarkan harga opsi S&P 500.
Volatilitas menjadi musuh terburuk dari debut IPO yang lancar. “Satu hal yang paling tidak disukai investor adalah ketidakpastian," kata salah satu pendiri perusahaan penasihat IPO Class V Group Lise Buyer dikutip dari PitchBook, pekan lalu (14/3). "Dan ada banyak hal seperti itu yang datang dari Washington."
Perusahaan yang didukung modal ventura sudah berhati-hati sebelum IPO. Mereka mewaspadai kapitalisasi pasar yang lebih rendah daripada valuasi saat go public.
“Banyak orang di bidang usaha sangat optimistis bahwa suku bunga acuan (di Amerika) akan turun, yang akan memacu aktivitas dan mengurangi hambatan dan sebagainya,” kata Analis Senior Modal Ventura di PitchBook Emily Zheng.
Salah seorang pendiri spesialis sekunder New Vintage Partners sekaligus mantan mitra di dana lindung nilai Islet Capital Charles Jaskel pun menilai lonjakan VIX dapat membantu perusahaan-perusahaan unicorn untuk tetap menjalankan rencana IPO.
Hal itu karena pasar yang bergejolak dapat membuat startup lain enggan mencatatkan saham, sehingga mengakibatkan berkurangnya persaingan dan pilihan yang lebih jelas bagi investor IPO.