DPR Desak Evaluasi Besaran Komisi Aplikator ke Ojol, Disebut Sampai 50%


DPR mendesak evaluasi besaran komisi yang ditarik oleh aplikator seperti Gojek, Grab, dan Maxim kepada pengemudi ojol maupun taksi online. Besarannya disebut-sebut mencapai 50%.
Anggota Komisi V DPR Edi Purwanto mendapatkan informasi bahwa komisi yang diambil dari driver ojol dan taksi online mencapai 30%. “Ini sangat memberatkan pengemudi. Aspirasi ini terus kami tampung dan sampaikan dalam rapat nanti,” kata Edi dalam keterangan pers, Rabu (16/4).
Menurut dia, potongan oleh aplikator idealnya 10% - 15%. Dia mengingatkan aplikator agar tidak berpikir ekonomi kapitalis, melainkan memikirkan kesejahteraan para pengemudi ojol dan taksi online.
“Pengemudi ojol adalah pahlawan ekonomi keluarga. Jangan sampai mereka bekerja keras, tapi hasilnya habis untuk potongan yang tidak proporsional,” kata mantan Ketua DPRD Provinsi Jambi itu.
Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum atau RDPU Rancangan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau RUU LLAJ dengan Gojek, Grab, Maxim pada Maret, DPR mempertanyakan soal dugaan aplikator mengambil potongan hingga 50% kepada pengemudi ojek online.
Anggota Komisi V DPR Reni Astuti mengatakan dirinya menerima laporan bahwa aplikator seperti Gojek, Grab hingga Maxim mengambil komisi 30% hingga 50% kepada pengemudi ojol.
Aturan Kementerian Perhubungan atau Kemenhub membatasi biaya bagi hasil aplikator ojek online maksimal 20%. Ini diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 667 Tahun 2022 tentang pedoman perhitungan biaya jasa penggunaan sepeda motor yang digunakan untuk kepentingan masyarakat yang dilakukan dengan aplikasi.
Kemenhub memutuskan biaya bagi hasil maksimal 15% dan 5% untuk biaya penunjang. Biaya penunjang yang dimaksud seperti asuransi keselamatan tambahan, penyediaan fasilitas pelayanan mitra pengemudi, dukungan pusat informasi, bantuan biaya operasional, dan lainnya.
“Faktanya, kami masih sering melihat aksi demonstrasi pengemudi ojol misalnya, potongan aplikator mencapai 30% atau bahkan 50%,” kata Reni saat RDPU di Gedung MPR/DPR, Jakarta, bulan lalu (5/3). “Saya ingin menanyakan apakah aplikator melihat bahwa dengan potongan tersebut, para pengemudi masih dapat memperoleh penghidupan yang layak?”
Gojek, Grab, dan Maxim belum memberikan tanggapan terkait hal itu dalam rapat. Meski begitu, ketiga aplikator ini pernah merespons soal isu potongan 30% pada Januari.
Director Development Maxim Indonesia Dirhamsyah mengatakan perusahaan mematuhi peraturan Kemenhub. “Maxim mengambil potongan aplikasi 5% - 15% kepada mitra pengemudi tergantung pada tarif,” kata dia kepada Katadata.co.id, pada Januari (18/1).
Maxim juga memiliki ‘motivation program for drivers’ atau program khusus yang memungkinkan pengemudi mendapatkan potongan aplikasi lebih rendah berdasarkan aktivitas dan performa.
Head of Corporate Affairs Gojek Rosel Lavina juga memastikan perusahaan mematuhi aturan. “Komisi yang diterima tidak lebih dari 15%+5% dari biaya perjalanan,” kata dia kepada Katadata.co.id, pada Januari (17/1).
Ia menjelaskan 5% dari tarif tersebut digunakan untuk mendukung berbagai inisiatif yang dirancang khusus untuk menunjang kebutuhan dan pengembangan kapasitas mitra driver, seperti:
- Pelatihan keamanan berkendara untuk meningkatkan keselamatan di jalan
- Dukungan Unit Tanggap Darurat Gojek yang beroperasi 24 jam untuk membantu mitra dalam situasi darurat
- Fitur keamanan dan pengembangan aplikasi mitra untuk meningkatkan pengalaman penggunaan aplikasi
- Program Gojek Swadaya, yang memungkinkan mitra driver mengakses berbagai manfaat seperti, paket pulsa atau internet murah, perlindungan tambahan, voucher diskon untuk kebutuhan sehari-hari dan perawatan kendaraan, dan beasiswa bagi anak mitra yang berprestasi
Rosel juga menekankan biaya jasa aplikasi yang dibayarkan oleh pelanggan tidak termasuk dalam komponen biaya perjalanan yang dipotong dari pendapatan mitra driver. Biaya ini dialokasikan untuk:
- Pemeliharaan platform aplikasi
- Pengembangan inovasi produk
- Diskon bagi pelanggan untuk membangun loyalitas dan mendorong penggunaan berulang
“Biaya jasa aplikasi merupakan praktik umum di industri teknologi yang bertujuan mendukung operasional platform dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan,” kata Rosel.
Hal senada disampaikan oleh Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Munusamy. Ia menyampaikan sebagian dari potongan yang diambil, dikembalikan ke pengemudi ojek online atau ojol untuk menunjang kebutuhan dan pengembangan kapasitas mereka melalui berbagai inisiatif, sebagai berikut:
- Dukungan operasional, seperti:
- Layanan Pengaduan GrabSupport 24/7
- Tim Cepat Tanggap Kecelakaan 24/7
- Pusat Edukasi GrabAcademy
- Grab Driver Lounge
- Grab Driver Center
- Grab Excellence Center
- Biaya transaksi non-tunai
- Program strategis untuk pengembangan kapasitas Mitra Pengemudi seperti:
- GrabBenefits
- Program Beasiswa GrabScholar
- Apresiasi Dana Abadi
- Insentif
- Program Kelas Terus Usaha
- Asuransi kecelakaan untuk melindungi Mitra Pengemudi
“Kami menjamin Grab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan mitra pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen,” kata Tirza dalam keterangan pers kepada Katadata.co.id, pada Januari (16/1).
"Seluruh biaya promosi yang Grab gunakan berasal dari perusahaan dan dirancang untuk membantu meningkatkan permintaan dari konsumen, yang pada akhirnya diharapkan dapat memengaruhi pendapatan para mitra pengemudi secara positif," Tirza menambahkan.
Aceng dan Slot Bikin Potongan Ojol Tembus 50%
Ratusan pengemudi ojol berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada 27 Februari, menuntut pengurangan biaya aplikasi. Beberapa driver bercerita program Aceng dan Slot membuat komisi aplikator mencapai 50%.
Sri Lestari misalnya, menyampaikan Aceng merupakan singkatan dari Argo Goceng. Layanan ini tersedia untuk GoFood dan GoSend Gojek.
Driver ojol yang bergabung dengan Gojek sejak 2015 itu menjelaskan Aceng adalah program argo pengiriman barang dan makanan jauh maupun dekat hanya Rp 5.000. “Ini yang diterima oleh pengemudi,” kata Sri kepada Katadata.co.id di tengah-tengah unjuk rasa, di Jakarta, pada Februari (27/2).
Program Aceng Gojek itu tersedia sejak Agustus 2023. Pengemudi ojol tiba-tiba menerima notifikasi Kopdar di aplikasi. Kopdar adalah forum rutin yang mempertemukan Gojek dengan para pengemudi ojol guna memahami kendala dan kebutuhan mitra.
“Begitu kami membuka tautan atau link tersebut, tiba-tiba kami masuk ke akun Aceng. Jadi tidak semua pengemudi ojol, tetapi rerata yang baru bergabung (menjadi mitra), masuk ke akun Aceng karena belum tahu,” ujar Sri. “Ganti akun sulit, karena pelat motor dan KTP sudah tercatat.”
Ia menceritakan pengemudi ojol yang mengikuti program Aceng hanya menerima Rp 5.000. Sementara itu, ia mencoba untuk memesan GoFood dan yang harus dibayarkan oleh konsumen Rp 20 ribu.
Dengan asumsi angka tersebut, ia menduga aplikator mengambil biaya aplikasi 75%. Katadata.co.id mengonfirmasi hal tersebut kepada Gojek. Namun belum ada tanggapan.
Mitra pengemudi ojol Grab Wawan juga bercerita mengenai program Slot. Jika bergabung dengan program ini, akun Reguler otomatis non-aktif. Begitu pun sebaliknya.
Dia membandingkan jumlah order di akun Slot dan Reguler. Hasilnya, jumlah pesanan saat ia mengaktifkan akun Reguler, lebih sedikit dibandingkan ketika memakai Slot.
Ia juga membandingkan tarif ojol di akun Reguler miliknya dengan Slot di aplikasi rekannya. Wawan mengetahui bahwa biaya aplikasi yang diambil aplikator lebih dari 50%.
“Konsumen membayar Rp 15 ribu, yang diterima teman saya hanya sekitar Rp 7.000 (berkurang 53,3%),” kata dia kepada Katadata.co.id.
Tantangan lainnya dalam menggunakan akun Slot yakni jarak tempuh pengemudi ojek online berpotensi jauh. Ia mencontohkan driver ojol yang memiliki akun Slot berdomisili di Jakarta Timur, dan ingin beroperasi di dekat rumah.
“Kalau slot di wilayah itu sudah penuh, maka driver ojol tersebut akan ‘dilempar’ ke wilayah lain seperti Bekasi,” ujar Wawan.
Mitra pengemudi ojol lainnya Marhali menyampaikan cara kerja akun Slot di Gojek mirip dengan Grab. “Akun Reguler dibuat ‘anyep’. Pernah sehari hanya menerima Rp 7 ribu (karena tidak memakai Slot),” katanya.
Kini, DPR meminta besaran potongan atau komisi yang diambil dari pengemudi ojol maupun taksi online dievaluasi.