Cerita Panjang Grab Dirumorkan Akan Akuisisi GoTo Gojek Sejak 2020


Kabar Grab mengkaji akuisisi Gojek sudah berhembus sejak awal pandemi corona pada 2020. Rumornya semakin berhembus awal tahun ini.
Grab dikabarkan akan mencapai kesepakatan untuk mengambil alih saham GoTo Gojek Tokopedia pada kuartal II. Dua sumber Reuters menyampaikan Grab telah merekrut penasihat untuk menangani kesepakatan yang diusulkan.
Salah satu sumber menyampaikan kesepakatan Grab dan GoTo Gojek Tokopedia tersebut akan tunduk pada ketentuan seperti pembiayaan, yang sedang didiskusikan Grab dengan bank.
Katadata.co.id mengonfirmasi hal itu kepada Grab dan GoTo Gojek Tokopedia, namun belum ada tanggapan.
Katadata.co.id juga mengonfirmasi kabar tersebut kepada pendiri Tokopedia William Tanuwijaya dan eks komisaris GoTo Andre Soelistyo, namun belum ada tanggapan. Keduanya termasuk pemegang saham terbesar.
Kajian Merger Gojek dan Grab Dibahas Sejak 2018
Pada Februari 2020, sumber The Information menyampaikan Grab dan Gojek berdiskusi terkait konsolidasi guna meminimalkan kerugian perusahaan. Saat itu, Gojek belum merger dengan Tokopedia.
“Perusahaan mencoba untuk membendung kerugian yang disebabkan oleh pertarungan mahal untuk merebut pangsa pasar,” demikian dikutip dari The Information, pada Februari 2020.
Kabar itu berhembus setelah Grab mendapat pendanaan 80 miliar yen atau Rp 9,8 triliun dari bank terbesar di Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group atau MUFG, serta Nadiem Makarim yang mundur dari posisi CEO Gojek pada Oktober 2019.
Saat itu, valuasi Grab disebut-sebut mencapai US$ 14 miliar atau Rp 194,6 triliun, sementara Gojek US$ 9 miliar atau Rp 125,1 triliun.
Pada Maret 2020, Financial Times melaporkan pemegang saham Grab mendorong agar kedua perusahaan bergabung. Sumber yang merupakan investor Grab menyampaikan upaya menyatukan keduanya intens dibahas sejak 2018.
Walaupun sumber menyampaikan rencana merger Grab dan Gojek kabarnya merupakan ide investor SoftBank, Elliot Management Corp. Akan tetapi, SoftBank membantah rumor itu.
SoftBank Tekan Grab dan Gojek untuk Merger
Hal-hal yang dibahas oleh pemegang saham yakni keduanya akan menggabungkan semua operasi atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia.
Sumber Bloomberg pada Oktober 2020 mengatakan, CEO Grab Anthony Tan memilih untuk mengakuisisi pasar yang lebih sempit. Dengan begitu, perusahaan memiliki kendali yang lebih besar.
“Ini memungkinkannya menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab,” demikian kata sumber. Namun, ia tidak memerinci pasar yang dimaksud.
Sementara itu, pemegang saham Gojek mendorong kombinasi di seluruh Asia Tenggara. “Ini karena mereka akan berakhir dengan lebih banyak bisnis yang digabungkan,” demikian kata sumber.
Pemegang saham Grab dan Gojek membujuk SoftBank untuk mendukung merger kedua perusahaan. Perusahaan investasi multinasional asal Jepang ini berinvestasi di kedua startup bernuansa hijau itu.
SoftBank saat itu tertekan karena gagalnya penawaran saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) startup berbagi kantor WeWork 2019. WeWork akhirnya mendekati kebangkrutan, dan kesulitan membayar utang.
Pendiri SoftBank Masayoshi Son mengunjungi Jakarta pada awal 2019 untuk membahas investasi di bidang teknologi dan pengembangan unicorn di Indonesia, serta rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara alias IKN.
Sumber menyampaikan, Son menyadari bahwa Gojek merupakan lawan tangguh Grab, sehingga mendukung pembicaraan untuk konsolidasi. “Stres akibat Covid-19 dan kekhawatiran atas model bisnis berbagi tumpangan secara global menekan perusahaan untuk menyetujui kesepakatan,” demikian dikutip dari Financial Times, pada Maret 2020.
Selain SoftBank, Grab dan Gojek memiliki investor yang sama yakni raksasa korporasi asal Jepang Mitsubishi. Berdasarkan data Crunchbase, Mitsubishi UFJ Financial Group menyuntikan modal di Grab, sementara Mitsubishi Corporations, Mitsubishi Motors, Mitsubishi UFJ Financial Group, dan Visa berinvestasi di Gojek.
Skema Merger: Grab Fokus di Singapura, Gojek di Indonesia
Rumor Grab akan mengambil alih bergeser menjadi Gojek dikabarkan mengakuisisi Tokopedia pada awal 2021. Keduanya akhirnya merger pada 17 Mei 2021. Setelah bergabung, terbentuklah PT GoTo Gojek Tokopedia secara resmi pada 9 November 2021.
Sebelum merger, Gojek melepas bisnis di Thailand.
Kabar Grab bakal mengakuisisi Gojek berhembus lagi pada awal 2024. Salah satu sumber Bloomberg menyatakan, salah satu opsi potensial dari merger yakni Grab yang berbasis di Singapura mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia dengan menggunakan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya.
Kajian pada Februari 2024, jika kesepakatan merger itu terwujud, valuasi kedua perusahaan ini ditaksir akan mencapai US$ 20 miliar, atau setara Rp 312 triliun dengan mengacu rata-rata kurs Rp 15.630 per dolar AS.
Menurut sumber, GoTo Gojek Tokopedia lebih terbuka untuk melakukan kesepakatan, setelah Patrick Walujo mengambil alih posisi chief executive officer alias CEO pada 2023.
Melalui merger, Grab akan berfokus di Singapura dan beberapa pasar lainnya. Sementara itu, GoTo tetap mempertahankan pasar di Tanah Air.
Belum ada kesepakatan soal skema merger. Sebab, dalam memperhitungkan valuasi, ada beberapa faktor yang akan dipertimbangkan misalnya, penurunan saham GoTo Gojek Tokopedia yang mencapai 30% dalam setahun terakhir.
Akan tetapi, para pemegang saham disebut telah mendukung dan mendorong kesepakatan mengenai aksi korporasi tersebut.
Isu merger itu beberapa kali muncul pada 2024. Pada tahun yang sama, Gojek menutup bisnis di Vietnam pada September 2024.
Awal tahun ini, isu merger di antara keduanya semakin intens. Pada Februari 2025, Grab Holdings Ltd. disebut tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi GoTo dengan valuasi lebih dari US$ 7 miliar atau Rp 114,32 triliun (kurs Rp 16.331 per US$). Namun GoTo Gojek Tokopedia pada Februari membantah soal rencana merger dengan Grab.
Bloomberg melaporkan Grab telah memulai uji tuntas atau due diligence untuk mengambil alih GoTo Gojek Tokopedia. Uji tuntas adalah proses investigasi, audit, atau peninjauan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap suatu perusahaan atau individu untuk mengonfirmasi fakta dan detail terkait sebelum membuat keputusan bisnis atau investasi, dikutip dari laman OCBC.
Proses due diligence biasanya dilakukan dalam berbagai situasi bisnis, seperti investasi skala besar, merger, akuisisi, atau restrukturisasi perusahaan. Kegiatan ini membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko dan peluang yang mungkin tidak terlihat pada penilaian awal, sehingga pihak yang terlibat dapat membuat keputusan yang lebih tepat.
"Grab telah mengevaluasi akun, kontrak, dan operasional GoTo Gojek Tokopedia," kata sumber Bloomberg, pada Maret (18/3). "Grab, GoTo Gojek Tokopedia dan pemegang saham telah menilai potensi struktur dan nilai kesepakatan."
Grab pada Maret 2025 dikabarkan mencari pinjaman hingga US$ 2 miliar atau Rp 33,2 triliun (kurs Rp 16.580 per US$) untuk mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia, menurut laporan Bloomberg.
Sumber Bloomberg menyampaikan pinjaman yang disebut business bridging loan tersebut dapat memiliki tenor sekitar 12 bulan. “Pembicaraan Grab dengan bank masih tahap awal,” demikian dikutip dari Reuters, pada Maret (26/3).
Business bridging loan merupakan salah satu jenis pinjaman komersial. Ini adalah solusi keuangan jangka pendek untuk bisnis dalam berbagai skala, menurut laman British Business Bank.
Grab juga disebut mempertimbangkan untuk mengambil obligasi atau ekuitas setelah mendapatkan pinjaman.
Kini, kesepakatan untuk menggabungkan keduanya dikabarkan akan tuntas pada kuartal II 2025. Jika jadi, Grab dan GoTo Gojek Tokopedia akan menguasai pangsa pasar transportasi online hampir 90% di Singapura dan lebih dari 91% di Indonesia, menurut data Euromonitor International.