Industri Film, Musik hingga Gim Diramal Sumbang Rp 1.300 Triliun ke Ekonomi
Industri ekonomi kreatif atau ekraf seperti film, musik, dan gim diperkirakan menyumbang Rp 1.300 triliun ke perekonomian. Nilainya setara 7,8% dari Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia.
Chief Data Officer Lokadata.id Suwandi Ahmad menyebutkan industri ekraf juga berkontribusi terhadap penciptaan lebih dari 24 juta lapangan kerja. Subsektor film, musik, dan gim menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Industri film, musik, dan game mengalami lonjakan permintaan seiring meningkatnya konsumsi digital di kalangan generasi muda.
“Film, musik, dan gim bukan lagi sekadar hiburan, tetapi telah menjadi komoditas ekonomi sekaligus identitas budaya Indonesia di dunia global,” kata Suwandi dalam acara Power Lunch GDP Venture, Rabu (8/10).
Transformasi digital mendorong pergeseran perilaku konsumsi hiburan secara masif. Data Lokadata menunjukkan 95% anak muda Indonesia mengakses musik, 92% bermain gim, dan 89% menonton film setiap minggu.
Kelompok usia 18 – 24 tahun mendominasi konsumsi film, musik, dan gim. Komposisinya 53% laki-laki dan 45% perempuan.
“Kami melihat pergeseran dari konsumsi pasif menjadi partisipatif. Anak muda tidak lagi hanya menonton atau mendengar, tetapi juga mencipta, berkolaborasi, dan menjadi bagian dari ekosistem budaya digital,” ujar Suwandi.
Selain itu, musik kini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari generasi muda. Sekitar 40% anak muda Indonesia mendengarkan musik online lebih dari satu jam setiap hari.
Menurut dia, media sosial berperan besar dalam mengangkat musisi dan lagu lokal ke permukaan. Sebanyak 54% anak muda mengetahui musik baru melalui platform seperti TikTok, Instagram, dan X (Twitter).
“Viralitas di media sosial menciptakan demokratisasi akses. Siapa pun, bahkan dari daerah, bisa dikenal secara global hanya dengan satu karya yang autentik,” kata Suwandi.
Sementara itu, perilaku menonton di kalangan muda juga semakin beragam. Lokadata mencatat 80% anak muda menonton konten video over the top alias OTT seperti Netflix melalui smartphone, sementara 57% masih rutin ke bioskop.
“Fenomena ini menunjukkan keseimbangan antara konsumsi digital dan pengalaman langsung. Bioskop tetap menjadi simbol perayaan sosial terhadap karya film,” ujar Suwandi.
Selanjutnya, industri gim kini disebut sebagai frontier baru dalam lanskap entertainment global. Mengutip data yang disampaikan oleh Co-Founder Agate sekaligus CEO Confiction Labs Arief Widhiyasa, nilai ekonomi global industri gim US$ 192,7 miliar.
Game menjadikan sektor hiburan terbesar di dunia, melampaui film dan musik.
Di Indonesia, pertumbuhan industri gim melesat dari US$ 10 juta pada 2000 menjadi hampir US$ 100 juta pada 2025. Mayoritas pemain menggunakan smartphone yakni 66% dari total.
