Pemerintah akan Kembangkan 15 Inkubator Startup AI di Blok M hingga Tanah Abang
Pemerintah berencana mengembangkan inkubator startup kecerdasan buatan (AI) di 15 sampai 20 daerah pada tahun depan, termasuk di kawasan perdagangan seperti Blok M dan Tanah Abang. Langkah ini menjadi strategi baru pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem AI, yang saat ini hanya mencatat 25 startup aktif di seluruh Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan program tersebut akan menghubungkan sejumlah startup AI dengan satu mentor di tiap lokasi selama 12 bulan. Menurutnya, anggaran untuk pelaksanaannya sudah disiapkan pemerintah daerah dan siap dikucurkan.
“Riset Google menyebut jumlah startup berbasis AI di Indonesia baru 25 unit. Ini harus ditingkatkan, dan fokus pemerintah dalam program ini adalah startup AI di sektor pelayanan kesehatan,” ujar Airlangga di Gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu (26/11).
Program inkubasi tersebut terkait dengan program kedelapan dalam agenda percepatan pemerintah tahun ini, yakni penyediaan ruang kerja bagi gig economy. Pemerintah DKI Jakarta telah menyiapkan dana kontinjensi Rp 2,7 triliun untuk menjadi lokasi percontohan, termasuk di Blok M dan Tanah Abang.
Airlangga berencana memperluas program gig economy ke delapan provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi Utara (Manado), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Kepulauan Riau (Batam). Airlangga mengatakan ekspansi tersebut akan dipimpin oleh Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Anggaran sudah ada. Tantangan implementasi bukan ketersediaan dana, melainkan rekrutmen peserta dan mentor,” katanya.
Sebelumnya, Country Director Google Indonesia Veronica Utami menilai ekosistem developer dan startup AI nasional masih tertinggal untuk memenuhi lonjakan permintaan teknologi dan tenaga kerja digital. Selain jumlah startup AI yang minim, investasi ke sektor tersebut hanya mencapai US$ 91 juta dalam periode Juli 2024 sampai Juni 2025, jauh di bawah Singapura yang mencapai US$ 1,31 miliar.
Hanya separuh investor yang memperkirakan pendanaan ke startup AI Indonesia akan meningkat pada 2025-2029. “Urgensinya jelas. Indonesia perlu mengubah antusiasme pengguna dan momentum pasar menjadi inovasi dalam negeri,” ujar Veronica, Senin (17/11).
Menurutnya, percepatan adopsi AI membutuhkan kolaborasi antara investor, pembuat kebijakan, dan pelaku usaha, khususnya terutama dalam pembangunan infrastruktur, pengembangan talenta, integrasi teknologi, dan tata kelola yang dapat meningkatkan kepercayaan.
“Indonesia berada pada posisi yang sangat kuat untuk mengamankan kepemimpinannya di masa depan ASEAN yang digerakkan oleh AI,” katanya.
