Diduga Ciptakan Kartel, Apple Didenda Perancis hingga Rp 18 Triliun
Perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat (AS) Apple didenda oleh otoritas anti monopoli Perancis (The French competition authority) sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 18 triliun. Apple diduga memonopoli pasar dan mengatur harga.
Seperti dilansir CNBC.com denda itu merupakan rekor paling besar yang pernah diputuskan oleh otoritas Perancis. Denda dijatuhkan kepada Apple karena mereka menciptakan kartel dalam jaringan distribusinya.
Apple dituduh bersekongkol dengan dua perusahaan grosir di Perancis dan mengatur harga. Kedua grosir Perancis itu pun terkena denda, masing-masing Tech Data dan Ingram Micro dijatuhi denda US$ 84 juta atau Rp 1,2 triliun dan US$ 69 juta atau Rp 1 triliun.
"Apple dan dua pedagang besar sepakat untuk tidak bersaing. Mereka mensterilkan pasar grosir untuk produk Apple," kata President of the French Competition Authority Isabelle de Silva seperti dilansir CNBC.com pada Senin (16/3).
(Baca: Wabah Corona Buat Penjualan iPhone Anjlok 54% di Tiongkok)
Kasus itu dipicu oleh keluhan yang diajukan pedagang Apple premium di Perancis eBizcuss. "Tindakan Apple akan melemahkan perusahaan-perusahaan tertentu, dan dalam beberapa kasus, seperti eBizcuss," kata Isabelle seperti dilansir The Guardian pada Senin (16/3)
Apple mengaku keberatan dan bakal mengajukan banding. "Keputusan ini akan menyebabkan kekacauan bagi perusahaan di semua industri," ujar juru bicara Apple.
Denda Apple merupakan langkah terbaru yang diputuskan otoritas Perancis pada perusahaan teknologi asal Silicon Valley setelah tahun lalu juga mendenda Google. Google didenda US$ 167 juta atau Rp 2 triliun. Denda dijatuhkan terkait dengan platform iklan Google Adsense yang diduga diterapkan secara tidak adil dan acak.
Pada Februari lalu, Apple telah berurusan dengan Pemerintah Perancis dan didenda 25 juta euro atau Rp 374,4 miliar karena dianggap sengaja memperlambat kinerja iPhone. Hal itu berdasarkan penyelidikan selama dua tahun oleh pengawas persaingan dan penipuan Prancis alias French Watchdog for Competition and Fraud (DGCCRF).
DGCCRF menemukan beberapa pengguna terpaksa membeli perangkat baru karena kinerja iPhone sebelumnya melambat. Keluhan itu awalnya disampaikan French Consumer Organisation HOP pada akhir 2017.
Organisasi konsumen itu menemukan fakta kinerja iPhone jenis SE dan 7 melambat setelah diperbarui untuk iOS 10.2.1 dan 11.2. Saat itu, Apple mengaku kinerja yang melambat itu sengaja dilakukan perusahaan. Tujuannya, untuk menghindari penutupan total, yang dapat disebabkan oleh penuaan baterai lithium-ion.
(Baca: Apple Beri Kompensasi Rp 359 Ribu per Konsumen karena iPhone Lambat)