Bloomberg: Tiongkok & India Jadi Pusat Teknologi pada 2035

Desy Setyowati
1 Agustus 2019, 15:53
Bloomberg, India dan Tiongkok kalahkan AS
ANTARA FOTO/REUTERS/Steve Marcus
Ilustrasi, Jordan Itakin berjalan melewati tampilan teknologi nirkabel broadband 5G di stan Intel saat CES 2018 di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Selasa (9/1). Mayoritas responden Bloomberg memperkirakan Tiongkok dan India bakal menjadi pusat inovasi teknologi dunia pada 2035.

Perusahaan media massa multinasional, Bloomberg melakukan survei terhadap 2 ribu profesional di 20 wilayah. Mayoritas responden memperkirakan Tiongkok dan India bakal menjadi pusat inovasi teknologi dunia pada 2035.

Dalam laporan bertajuk New Economy itu, 39% responden percaya bahwa Beijing akan menjadi kota dengan teknologi terbaik di dunia pada 2035. “Negara berkembang lebih optimistis daripada negara maju tentang kekuatan teknologi membentuk dunia yang lebih baik,” kata Direktur Editorial Bloomberg New Economy Forum Andrew Browne dalam siaran pers, Kamis (1/8).

Kepala Ekonom Bloomberg Tom Orlik menambahkan, para profesional di Beijing, Tiongkok dan New Delhi, India punya pandangan tersendiri atas perubahan perekonomian dunia. “Seiring pergerakan mereka merebut peluang yang diwakili oleh kekuatan pasar dan kemajuan teknologi, arus bakat dan modal akan mempercepat kenaikan ekonomi baru,” katanya.

(Baca: Soal Talenta Digital, Indonesia Masih Kalah dari India)

Beberapa perubahan ekonomi di antaranya penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), transaksi secara non tunai, emansipasi perempuan, dan perang dunia maya. Selain itu, para profesional menyoroti perubahan iklim akibat adopsi teknologi.

Sebanyak 70% dari total responden yang tinggal di ASEAN setuju bahwa pembelajaran seumur hidup (lifelong learning) dapat mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh AI. Sekitar 69% dari 100 responden di Indonesia percaya hal itu.

AI memang disebut-sebut bakal menggantikan manusia dalam hal pekerjaan yang repetitif. Namun, 72% profesional yang disurvei di negara berkembang (emerging market) setuju bahwa lifelong learning akan menjadi metode yang efektif untuk mengatasi tantangan tersebut.

Dengan munculnya ekonomi baru, lebih dari setengah responden memperkirakan bahwa uang tunai tidak lagi digunakan pada 2035. Bahkan, responden di negara berkembang lebih optimistis dibanding di negara maju terkait hal ini.

(Baca: Radiasinya Dianggap Berbahaya, Jepang hingga Eropa Tetap Adopsi 5G)

Sebanyak 65% responden di ASEAN juga sepakat bahwa keterlibatan perempuan akan meningkatkan perekonomian nasional. Optimisme ini utamanya ditunjukan oleh responden di Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Akan tetapi, 58% orang yang disurvei memperkirakan bahwa iklim dunia sudah tidak bisa diubah kembali (point of no return) pada 2035. Pesimisme ini paling dirasakan oleh responden di Vietnam (65%), Inggris (64%), Malaysia (64%), Prancis (63%), Jerman (59%), dan Singapura (52%).

Adapun survei itu dilakukan pada April 2019. Profesional yang menjadi responden berusia 30-65 tahun dan bekerja penuh waktu (full-time). Survei ini bertujuan untuk memastikan tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan mereka terhadap serangkaian prediksi tentang dunia pada 2035.

(Baca: Tak Pakai Teknologi Huawei, Eropa Butuh Rp 886 T untuk Kembangkan 5G)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...