Dapat Suntikan Rp 58,4 Miliar, eFishery Luncurkan Platform Data

Desy Setyowati
16 November 2018, 11:50
Revitalisasi Perikanan Karamba
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Nelayan memperbaiki karamba tempat mereka memelihara ikan nila di Danau Rawa Pening, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/3).

Perusahaan rintisan (startup) pemberi pakan ikan otomatis asal Bandung, eFishery, baru saja memerolehan pendanaan seri A senilai US$ 4 juta atau sekitar Rp 58,4 miliar. Rencananya, tambahan modal itu akan digunakan untuk merilis produk baru berupa aplikasi dan platform data.

Pendanaan baru ini didapat dari tujuh investor baru yakni Wavemaker, 500 Startups, Unreasonable Capital, Social Capital, Northstar Group, Triputra Group, dan Maloekoe Ventures. Dua investor terdahulu, Aquaspark dan Ideosource pun turut berpartisipasi.

Co-Founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan, tambahan modal ini akan dipakai untuk ekspansi di dalam negeri, yakni merilis produk baru. "Fokusnya masih di dalam negeri dan bangun produk baru," kata dia kepada Katadata, Jumat (16/11).

eFishery merilis produk yang disebut Smart Feeder atau pemberi pakan ikan dan udang secara otomatis. Perangkat keras (hardware) yang ada di dalam Smart Feeder bisa menyimpan data dari setiap operasionalnya. Nah, data inilah yang hendak dimonetisasi supaya bernilai tambah bagi petambak.

Caranya, data itu bisa dipakai oleh petambak yang sudah menggunakan Smart Feeder untuk meminjam uang ke perbankan. Bagi bank, data itu bisa menjadi basis untuk penilaian pinjaman (credit scoring). "Aplikasi dan platform data yang membantu pembudidaya dalam mencatat dan menganalisis bisnis budidayanya," ujar dia.

Rencananya, aplikasi dan platform data tersebut bakal diluncurkan Desember 2018. Bukan hanya bank, data itu juga bisa dipakai untuk mengembangkan bisnis karena bisa memprediksi waktu dan hasil panen. "Selain itu, rencananya ada layanan yang menghubungkan petani dengan end market," kata dia.

Kendati begitu, Gibran menegaskan, data yang diperoleh tidak akan dijual ke pihak lain. Monetisasi dari pemanfaatan data ini berupa komisi (fee) dari setiap transaksi pinjaman bank yang diperoleh petambak.

(Baca: Cerita Startup Habiskan Rp 1 Miliar untuk Rekrut Talenta Digital)

Ekspansi ke Luar Negeri

Saat ini, permintaan Smart Feeder berasal dari ribuan titik di 16 provinsi di Indonesia. Setiap bulan, ia mencatat ada tambahan permintaan dari 200 lebih titik baru di Tanah Air. Ia tak menutup kemungkinan, tambahan dana yang diperoleh akan dipakai untuk memperluas pasar hingga ke luar negeri. "Dananya dipakai untuk ekspansi pasar, membangun jaring distribusi, dan merekrut lebih banyak tim," kata Gibran.

eFishery juga mendapatkan banyak permintaan dari luar negeri, antara lain dari Sri Lanka, Kamboja, dan Myanmar. Yang terbaru, permintaan datang dari Vietnam, Thailand, dan Bangladesh. Namun, penjualan ke enam negara tersebut sifatnya agen eksklusif atau sole distributorship saja.

Meski begitu, ia mengakui permintaan dari negara-negara tersebut cukup besar. Namun, untuk masuk ke enam pasar tersebut ia melihat ada tantangan seperti bahasa, sistem atau kebijakan, serta perilaku konsumen yang berbeda dengan di Indonesia.

Sekadar informasi, Smart Feeder memungkinkan petambak memberi pakan secara otomatis dengan mesin pelontar 90 derajat. Alat ini dapat diatur dengan ponsel pintar (smartphone), mencatat data pakan, dan terhubung ke internet.

Pada akhir 2017, eFishery sempat mengembangkan teknologi Internet of Things (IoT) dalam Shrimp Smart Feeder. Produk ini memiliki pelontar dengan radius lontaran 360 derajat atau cocok untuk tambak udang yang luasnya ratusan meter persegi.

(Baca: Delapan Startup Masuk Inkubasi Appcelerate 2018)

Reporter: Desy Setyowati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...