CDN Bermasalah, Situs Amazon dan New York Times Tak Dapat Diakses
Sejumlah situs jejaring ternama di beberapa wilayah dunia sempat tak bisa diakses selama beberapa jam, termasuk situs perdagangan elektronik (e-commerce) raksasa Amazon, dan media daring (online) New York Times. Hal itu disebabkan kegagalan dalam jaringan pengiriman konten atau Content Delivery Network (CDN) yang dijalankan oleh penyedia layanan komputasi awan, Fastly.
Dikutip dari Guardian, sejumlah situs aktif yang ikut terkena dampak pemadaman di antaranya, situs media online Guardian, CNN, New York Times, dan Financial Times. Selain itu, situs forum Reddit, layanan streaming Twitch, dan situs pemerintahan Inggris gov.uk juga ikut terdampak. Bahkan marketplace seperti Amazon juga tak dapat terhindar dari pemadaman.
Seluruh situs dengan jutaan pengunjung aktif itu tidak dapat diakses selama lebih dari satu jam pada Selasa (8/6) waktu Inggris. Ketika menekan situs-situs tersebut, pengunjung menerima pesan 'Layanan kesalahan 503 tidak tersedia' dan 'kegagalan koneksi'.
Selain menggagalkan koneksi di beberapa situs secara keseluruhan, gangguan juga merusak bagian dari layanan lain, seperti server untuk Twitter yang meng-hosting emoji jejaring sosial.
Pemadaman dilaporkan di berbagai lokasi seperti London, Texas, dan Selandia Baru. Namun hal yang sama tidak dirasakan oleh pengunjung yang berada di Berlin.
Beberapa menit setelah pemadaman dimulai, Fastly mengakui bahwa jaringan distribusi kontennya adalah penyebab masalah. Perusahaan menjalankan 'edge cloud' yang dirancang untuk mempercepat waktu pemuatan situs web, melindungi dari serangan penolakan layanan, dan membantu mereka menangani lonjakan lalu lintas.
“Kami saat ini sedang menyelidiki dampak potensial terhadap kinerja dengan layanan CDN kami.” ujar Manajemen Fastly dalam unggahan pesannya seperti dikutip Guardian, Rabu (9/6).
Sekitar satu jam setelahnya, Fastly menyatakan insiden kegagalan CDN berakhir, manajemen telah mengidentifikasi masalah dan menerapkan perbaikan. "Pelanggan mungkin mengalami peningkatan beban asal saat layanan global kembali,” kata perusahaan dalam pembaruan status.