Telkomsel dan Indosat Sediakan 5G di RI, tapi Masih Hadapi 6 Tantangan

Fahmi Ahmad Burhan
29 Juni 2021, 13:49
Telkomsel dan Indosat Sediakan 5G di RI, tapi Masih Hadapi 6 Tantangan
ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee
Tanda 5G terpasang di World 5G Exhibition di Beijing, Tiongkok, Jumat (22/11/2019).

Telkomsel dan Indosat telah menyediakan jaringan internet generasi kelima alias 5G di Indonesia. Namun ahli teknologi informasi (IT) menilai, keduanya masih harus menghadapi enam tantangan.

Pertama, investasi yang lebih besar. “Harus ada investasi pada perangkat baru,” kata ahli IT dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Rahardjo dalam webinar Katadata dan DELL Technologies bertajuk ‘Menyambut 5G, Apa yang Perlu Dipersiapkan?’, Selasa (29/6).

Ia mengatakan, 5G unggul dari sisi kecepatan yakni hingga tiga gigabyte per detik (Gbps). Latensi atau keterlambatan pengiriman data juga rendah.

Kecepatan internet masing-masing generasi jaringan internet 2G hingga 5G
Kecepatan internet masing-masing generasi jaringan internet 2G hingga 5G (Phone Arena)

Untuk memanfaatkan keunggulan itu, spesifikasi perangkat dan aplikasi harus ditingkatkan. "Aplikasi bukan sekadar TikTok dan lain-lain. Tapi sudah upgrade," katanya.

Tantangan kedua, yakni perluasan akses ke berbagai daerah. “Indonesia berbeda dengan Singapura yang bisa mengembangkan 5G di satu wilayah saja," ujarnya.

Telkomsel saat ini menyediakan akses 5G di sembilan kota dan 26 klaster. Sedangkan, Indosat baru ada di lima kota yakni Solo, Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Balikpapan.

Ketiga, penggunaan data menjadi lebih besar. “Bagaimana data yang dihasilkan tidak menjadi sampah, tapi dimanfaatkan (oleh industri dan masyarakat umum)," ujarnya.

Keempat, operator seluler harus bisa mencari model bisnis baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dalam penggunaan 5G. Ini karena konsumsi internet melonjak. "Satu GB habis dalam beberapa detik," ujarnya.

Kelima, perusahaan telekomunikasi membuat perencanaan kapasitas (capacity planning). Ketersediaan spektrum hingga fiber optik harus direncanakan dengan matang.

Terakhir, potensi serangan siber akan semakin tinggi seiring dengan pengembangan 5G. Pelaku kejahatan atau hacker membuat pola serangan baru.

Oleh karena itu, infrastruktur keamanan harus disiapkan oleh perusahaan ataupun organisasi lain yang menggunakan 5G. "Harus bergerak beriringan dengan 5G," ujarnya.

Direktur Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ahmad M Ramli mengatakan, pemerintah menyiapkan regulasi dan infrastruktur untuk mendukung 5G. Dari sisi aturan yakni Undang-undang atau UU Omnibus Law Cipta Kerja.

Dalam regulasi itu diatur mengenai skema penyiapan infrastruktur spektrum 5G. "Yang paling ideal untuk 5G itu di rentang 100 MHz. Untuk mendapatkan lebar spektrum itu, operator kesulitan. Untuk itu, kami mendorong berbagi jaringan (network sharing) lewat UU Omnibus Law," kata Ramli.

Selain itu, pemerintah akan melakukan penataan atau re-farming spektrum frekuensi untuk 5G.

Sedangkan General Manager Network Strategic Roadmap Telkomsel Christian Guna Gustiana mengatakan, perusahaan meningkat investasi untuk infrastruktur. "Jumlah menara misalnya, meningkat tiga kali lipat," katanya. 

Investasi infrastruktur fiber optik tersebut dilakukan seiring dengan penyediaan spektrum frekuensi. "Dari sisi spektrum tidak bisa hanya lebar 30 Mhz. Minimal kan 100 Mhz," ujarnya.

Dari sisi model bisnis, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menyiapkan skema komersialisasi jaringan 5G pada sektor business to business (B2B), di samping untuk konsumen atau business to costumer (B2C). "Kami sudah meluncurkan orbit layanan yang 5G-ready," kata dia.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...