RI Butuh 110 Juta Talenta Digital, Amazon Gaet NU dan Ratusan Sekolah
Indonesia membutuhkan 110 juta talenta digital pada 2025, berdasarkan riset Amazon Web Services, Inc. (AWS) dan firma konsultan bidang strategi dan ekonomi, AlphaBeta. AWS pun menggandeng Nahdlatul Ulama (NU) dan ratusan sekolah untuk memenuhi kebutuhan ini.
Country Leader Indonesia AWS Gunawan Susanto mengatakan, salah satu cara mengejar ketersediaan talenta digital yakni memperbanyak program pelatihan. Namun, perlu kolaborasi agar pembelajaran berlangsung efisien.
“Tidak bisa sendiri. Maka, kami gaet NU dan banyak sekolah untuk mendukung penyediaan sumber daya manusia atau SDM digital," kata Gunawan dalam konferensi pers virtual, Jumat (20/8).
AWS menggaet NU untuk membuat program pelatihan bertajuk Laptop For Builders. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) pun menyumbangkan laptop.
Pelatihan yang diberikan berupa dasar-dasar teknologi komputasi awan (cloud). AWS memberikan pelatihan dengan konsep webinar dan praktik bagi ratusan santri. Materi diberikan langsung oleh ahli dari AWS.
AWS juga menggaet SMA dan SMK dalam memberikan pelatihan. Sejauh ini, ada 200 sekolah di 30 kota yang mendapatkan manfaat program Laptop For Builders.
Selain santri dan siswa, AWS membuat program pelatihan yang menyasar kelompok profesional hingga mahasiswa. Raksasa teknologi ini pun menggaet startup akademi pengembang (developer) Dicoding.
AWS juga mengembangkan kurikulum back-end developer bagi peserta yang masuk pelatihan di Dicoding. Selain pelatihan, Dicoding menyiapkan uji sertifikasi kemampuan digital AWS.
CEO Dicoding Narenda Wicaksono mengatakan, sudah ada 50 ribu peserta yang mengikuti pelatihan. "Kami menargetkan 100 ribu peserta tahun ini, untuk mendorong ketersediaan talenta digital," kata dia.
Sebelumnya, riset AWS dan AlphaBeta menunjukkan bahwa hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.
McKinsey dan Bank Dunia juga telah memperkirakan bahwa Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pegiat digital per tahun.