Huawei Akan Luncurkan Cip Setelah 2 Tahun Vakum karena Sanksi AS
Raksasa teknologi asal Cina Huawei melalui HiSilicon dikabarkan akan meluncurkan cip (chipset) andalannya tahun ini, setelah dua tahun tidak produksi karena sanksi Amerika Serikat (AS).
Rencana Huawei merilis cip baru tahun ini terungkap dalam poster resminya. "Huawei akan bergerak maju di pasar cip sekali lagi pada 2022," demikian isi poster Huawei dikutip dari Gizmochina pada Selasa (11/1).
Nama cip yang akan dipakai Huawei hingga kini masih simpang-siur, apakah akan memakai nama Kirin atau nama baru. Ini karena tidak lama setelah pengumuman poster itu, desas-desus menyebar bahwa cip baru dari Huawei adalah HiSilicon Skylight 800. Namun, Huawei merespons dengan cepat dan membantah rumor tersebut.
HiSilicon sendiri telah memproduksi berbagai macam cip termasuk prosesor Kirin, yang juga mendukung ponsel buatan Huawei. Sebelum 2019, cip besutan HiSilicon terkenal andal. Kirin menjadi satu-satunya prosesor Tiongkok yang dapat menyaingi kualitas Qualcomm.
Cip HiSilicon Kirin 980 terakhir disematkan di Huawei Mate 20 Pro 2018. Cip itu mengungguli setiap ponsel kelas atas atau flagship pada 2018, termasuk ponsel yang menggunakan Snapdragon 845.
Namun, Huawei masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan di AS sejak 2019. Raksasa teknologi Cina ini pun tak bisa bekerja sama dengan perusahaan asal Negeri Paman Sam.
“Tekanan AS terhadap pemasok Huawei membuat HiSilicon tak bisa terus memproduksi cip, komponen utama ponsel,” kata CEO Unit Bisnis Konsumen Huawei Richard Yu dikutip dari Reuters, pada 2020.
Departemen Perdagangan AS juga mengeluarkan perintah yang mewajibkan pemasok perangkat lunak dan peralatan manufaktur untuk tidak berbisnis dengan Huawei. Hal ini semakin menekan bisnis perusahaan.
Divisi HiSilicon Huawei sempat mengandalkan perangkat lunak dari perusahaan AS seperti Cadence Design Systems Inc atau Synopsys Inc. Mereka merancang cip, lalu mengirimnya ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) untuk diproduksi.
Namun, TSMC juga menggunakan peralatan dari perusahaan AS. Huawei pun kesulitan bekerja sama dengan para pemasok ini, imbas kebijakan pemerintah AS saat itu.