Lahan Virtual Digandrungi, Pelaku Pasar Kripto Ingatkan agar Hati-hati
Sejumlah perusahaan global seperti Samsung dan Adidas hingga selebriti seperti Snoop Dog ramai membeli lahan virtual. Pelaku pasar kripto mengingatkan, investor yang tertarik masuk investasi virtual tersebut untuk berhati-hati agar tidak salah langkah.
Dikutip dari Wired, lahan virtual sendiri merupakan lapisan jaringan digital yang terhubung secara geografis. Seperti NFT alias non-fungible token, orang yang membeli lahan virtual ini dapat mengklaim kepemilikannya.
CEO Indodax, Oscar Darmawan mengatakan transaksi lahan virtual di dunia metaverse secara teknologi masih sangat baru. Alhasil, dari sisi kegunaan belum terlalu bisa diandalkan.
Calon investor yang mau terlibat di lahan virtual juga menurutnya jangan terlalu memaksakan diri. "Namun, apabila tertarik, usahakan terlebih dahulu bertransaksi di platform yang didukung banyak perusahaan besar, karena ini tentang ekosistem," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (13/1).
Calon investor juga menurutnya mesti memperhatikan kapitalisasi pasar uang kripto alias cryptocurrency yang dipakai di metaverse. Sebab, kapitalisasi pasar menentukan seberapa banyak jumlah penggunanya.
Dikutip dari Coinmarketcap, setidaknya ada 181 jumlah cryptocurrency terkait metaverse. Cryptocurrency yang mempunyai kapitalisasi terbesar antara lain, Decentraland atau MANA, The Sandbox atau SAND, dan Axie Infinity atau AXS.
Head of TokoMall Thelvia Vennieta juga mengatakan, investor mesti memahami bahwa investasi di lahan virtual tidak seperti berinvestasi di pasar properti dunia nyata. "Dalam berinvestasi di lahan fisik yang Anda peroleh benar-benar ada. Sementara, lahan digital di metaverse akan menjadi invalid kalau platform tempat Anda membeli tanah itu gagal dan menjadi offline," ujarnya.
Menurutnya, bisa saja pemilik proyek gagal untuk memberikan peta jalan proyek yang dijanjikan di awal. Investor juga mesti memperhatikan volatilitas tinggi terkait dengan aset kripto yang digunakan untuk bertransaksi di metaverse.
"Ini karena penilaian mata uang digital tidak stabil. Jadinya penilaian properti yang Anda miliki di metaverse juga berfluktuasi secara proporsional," ujarnya.
Kenaikan harga aset metaverse saat ini juga masih berbasis sensasi semata. Sebab, adopsi teknologi metaverse masih belum begitu luas.
Sebelumnya, sejumlah perusahaan global dan selebriti gencar berinvestasi di lahan virtual. Yang terbaru, Prager Metis International membuka properti virtual tiga lantai US$ 35 ribu. Perusahaan akuntan yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS) ini membeli properti di lahan virtual melalui platform Decentraland bulan lalu.
Perusahaan berencana menggunakan properti virtual itu untuk operasional bisnis, seperti memberi saran kepada klien terkait pajak dan akuntansi.
"Kami memperkirakan bahwa banyak dari klien, terutama mereka yang berada di industri hiburan dan mode, mencari layanan di metaverse," kata CEO Prager Metis International Glenn Friedman dikutip dari Wall Street Journal akhir pekan lalu (7/1).
Raksasa teknologi asal Korea Selatan Samsung juga membuka properti berupa toko virtual melalui platform Decentraland. Toko ini bernama Samsung 837X.
Produsen ponsel pintar itu menawarkan sejumlah program, seperti Connectivity Theater dan Sustainability Forest. Samsung juga menghadirkan pentas musik bertajuk Customization Stage.
Adidas juga membeli sebidang lahan virtual pada November 2021 melalui platform The Sandbox. Perusahaan asal Jerman ini menamai lahan virtualnya “adiVerse”.
Perusahaan sepatu itu sedang mengerjakan proyek lahan virtual untuk diisi konten dan pengalaman eksklusif.
Selain perusahaan, selebritas seperti Snoop Dog ikut membeli lahan virtual. Rapper asal AS ini membangun properti berbentuk mansion di The Sandbox.
Seniman bernama Huang Heshan membangun rumah virtual sebagai proyek seni. Proyek bernama TooRichCity ini merupakan kota virtual yang dipimpin oleh tokoh fiktif yakni pria botak setengah baya yang menunjukkan perutnya.
Penyanyi pop asal Singapura, JJ Lin juga menginvestasikan US$ 171 ribu dalam bentuk lahan virtual. "Dari kera ke punk kemudian ke tanah metaverse. Siapa yang bersamaku?" kata Lin di akun Twitter, akhir tahun lalu (23/11).