APJII Gandeng Binokular Kenalkan Industri Big Data Indonesia
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII dan Binokular Media Utama bekerja sama untuk mengenalkan industri Big Data di Indonesia. Lewat kerja sama tersebut, masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan internet lebih baik, sekaligus bagian dari kedaulatan bangsa.
Penandatanganan perjanjian kerja sama dilakukan di Kantor APJII oleh Ketua APJII Muhammad Arif dan Sapto Anggoro, CEO Binokular Media Utama. Kedua pihak sepakat memperkenalkan kepada masyarakat lebih luas terkait industri big data di internet. Termasuk, untuk kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan dan pendidikan, hingga kepentingan komersial dan pemasaran.
“Ini sebagai langkah awal, agar masyarakat lebih dekat dengan Big Data. Internet menyediakan data luar biasa besar untuk kemaslahatan masyarakat, kita perlu mengelola ini agar benar-benar bisa dimanfaatkan dengan baik," kata Arif dalam keterangan resminya, Sabtu (26/2).
Big Data adalah sekumpulan data bervolume sangat besar. Isinya, terdiri dari data yang terstruktur (structured), semi terstruktur (semi-structured) dan (unstructured) yang volumenya terus berkembang seiring jalannya waktu.
Big data pada dasarnya merupakan pengembangan dari database pada umumnya. Perbedaannya, volume Big Data jauh lebih besar dan jenis datanya sangat variatif.
"Big Data bisa memprediksi kecenderungan masyarakat. Dengan Big Data, misalnya, kita bisa tahu masyarakat Jakarta sedang terkena flu, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Bisa juga kita maksimalkan untuk pendidikan, dan paling penting untuk penguatan ekonomi digital dan pemberdayaan UMKM," ujar Arif.
Sementara itu, Sapto menyatakan kalau pihaknya sudah memanfaatkan Big Data untuk kebutuhan riset, monitoring pemberitaan, dan konsultansi media. “Kerja sama dengan APJII ini membuka jalan untuk kepentingan yang lebih luas," kata Sapto.
Di samping itu, dia juga berharap lewat kerja sama anyar tersebut bisa membuka mata masyarakat dan pemangku kebijakan tentang pentingnya Big Data. Sapto juga menekankan kalau pemanfaatan Big Data juga terkait dengan kedaulatan bangsa.
"Kalau kita bisa maksimalkan pemanfaatannya, tidak hanya dieksploitasi pihak asing, niscaya kita bisa membantu banyak sektor penting untuk maju," kata Arif.
Berdasarkan data Statista, pendapatan industri big data mencapai US$ 35 miliar pada 2017. Capaian tersebut meningkat 360,5 % dibandingkan 2011 yang hanya US$ 7,6 miliar.
Adapun pada 2027, industri Big Data diproyeksikan tumbuh hingga US$ 103 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dari estimasi 2018, yakni US$ 42 miliar. Statista menyebutkan, dengan pangsa pasar 45 %, segmen perangkat lunak menjadi segmen pasar big data terbesar pada 2027 mendatang.