Blokir Akses Internet hingga Media Sosial, Rusia Kehilangan Rp 12,3 T

Fahmi Ahmad Burhan
21 Maret 2022, 13:05
Rusia
ANTARA FOTO/REUTERS/Irina Rybakova/Press Service of the Ukrainian Ground Forces/Handout /WSJ/cf
Seorang tentara Ukraina berdiri di tank Rusia yang ditangkap, satunya diwarnai dengan warna bendera nasional Ukraina dan yang lainnya dengan huruf "Z", di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di utara Kharkiv, Ukraina, Jumat (4/3/2022).

Rusia telah mengalami pemblokiran akses internet hingga media sosial seiring aksinya menginvasi Ukraina. Akibatnya, Rusia kehilangan US$ 861 juta atau Rp 12,3 triliun.

Firma riset independen Top10VPN.com menyebut bahwa sejak 2022, telah terjadi 13 kali penghentian akses internet di delapan negara secara disengaja. Aksi ini menelan biaya mencapai US$ 1,6 miliar atau setara Rp 22,9 triliun.

Angka kerugian itu didapat dari perhitungan menggunakan alat yang dikembangkan oleh organisasi pemantau internet, Netblocks dan kelompok advokasi internet The Internet Society serta CIPESA.

Angka biaya itu menunjukkan seberapa banyak penduduk suatu negara mengalami kehilangan dari pemblokiran akses internet dan pembatasan media sosial di suatu negara. Ini termasuk kehilangan produktivitas kerja, potensi investasi, dan biaya peluang, baik secara langsung ke sektor digital maupun ke sektor yang bergantung pada digital.

Sedangkan, Rusia memimpin dalam hal biaya pemblokiran internet. Laporan itu menunjukkan bahwa Rusia kehilangan hampir US$ 861 juta sejak Januari karena pemblokiran akses internet yang disengaja.  

Ini lebih dari dua kali lipat kerugian yang ditimbulkan oleh pemblokiran akses internet di Kazakhstan. Negara ini telah mengalami kerugian US$ 429,5 juta atau Rp 6,1 triliun.

Para peneliti di Top10VPN.com menyebut bahwa ada harga yang mahal yang harus dikeluarkan Rusia dari pemblokiran akses internet itu. Sebab, banyak negara barat dengan cepat memberlakukan sanksi yang terhadap pemerintah Rusia setelah invasinya ke Ukraina.  

"Gangguan yang disengaja semacam ini adalah sensor internet dalam bentuknya yang paling ekstrem. Pemblokiran akses internet ini tidak hanya melanggar hak digital warga, tetapi juga tindakan merugikan diri sendiri secara ekonomi," kata peneliti dikutip dari Business Insider pada akhir pekan lalu (20/3).

Diketahui, sejak invasi Rusia ke Ukraina, pemerintah Rusia telah gencar memblokir akses internet dan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Pemerintah juga melarang akses konten berita Voice of America, BBC, Bloomberg, CNN, dan Deutsche Welle.

Akibat pemblokiran akses internet dan media sosial, warga Rusia pun berusaha mencari alternatif dengan mengakses virtual private network atau VPN. Banyak juga warga Rusia yang beralih mengakses situs dark web. 

Sedangkan, pengusaha teknologi di Rusia Alexander Zobov dan Kirill Filimonov meluncurkan aplikasi media sosial alternatif bernama Rossgram, karena pemblokiran.

Dikutip dari Reuters, Zobov dan Filimonov akan meluncurkan Rossgram di Android dan iOS pada 28 Maret nanti. Aplikasi itu berfungsi layaknya Instagram yang menyediakan layanan berbagi gambar, namun hanya ada di pasar domestik.

"Kami sudah siap untuk pergantian dan memutuskan untuk tidak melewatkan kesempatan membuat analog dari jejaring sosial populer yang dicintai oleh rekan-rekan kami," kata Zobov dikutip dari Reuters, pekan lalu (16/3). 

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...