Laba Huawei Melonjak 76% di Tengah Sanksi AS, Terdorong Bisnis Cloud
Huawei mencatatkan peningkatan laba 76% secara tahunan pada 2021. Meroketnya keuntungan perusahaan teknologi tersebut terdorong bisnis komputasi awan (cloud) yang telah digencarkan.
Dalam 2021 Annual Report Press Conference Huawei melaporkan penurunan pendapatan 28,56% yoy menjadi 636,8 miliar yuan atau Rp 1.435 triliun pada 2021. Namun, mereka mencatatkan kenaikan laba bersih 76% yoy menjadi 113,7 miliar yuan atau Rp 254 triliun pada 2021.
Rotating Chairman Huawei Guo Ping mengatakan, 2021 menjadi tahun yang sulit bagi Huawei lantaran sanksi dari Amerika Serikat. Ini membuat bisnis konsumen, termasuk ponsel pintar atau smartphone Huawei terganggu.
Namun menurut Ping, laba Huawei berhasil tumbuh pesat karena terdorong kinerja bisnis cloud. "Pada 2021 bisnis cloud Huawei menjadi yang terbesar nomor 4 di dunia. Lalu, jadi nomor 2 di Cina," katanya dalam 2021 Annual Report Press Conference Huawei, hari ini (28/3).
Selain karena cloud, laba Huawei terdongkrak oleh bisnis layanan telekomunikasi hingga diversifikasi produk, seperti laptop dan TV pintar. Ia mengatakan, pada 2022 raksasa teknologi Cina itu akan semakin gencar mengembangkan bisnis cloud.
Selain itu Huawei juga menyasar sejumlah sektor seperti keuangan dan perbankan. "Selain pertumbuhan bisnis, kami meningkatkan daya saing," ujarnya.
CFO Huawei Meng Wanzhou mengatakan, perusahaan juga telah meningkatkan investasi di bisnis cloud pada tahun ini. Mereka juga tengah memperluas jangkauan cloud mereka ke Asia Pasifik hingga Amerika.
"Pada 2022 kami akan terus berinvestasi untuk pusat data dan memastikan layanan terbaik bagi pelanggan," ujarnya.
Investasi Cip
Dalam kesempatan tersebut, Ping juga menyinggung kompleksitas masalah kelangkaan cip global sejak 2020.Padahal, industri teknologi membutuhkan cip untuk daya komputasi yang kuat dengan konsumsi daya rendah.
"Ini sangat kompleks. Semakin banyak perusahaan juga yang telah mengantisipasi hal ini," kata Ping.
Untuk itu, Huawei gencar berinvestasi di pasar cip. Akhir tahun lalu, mereka telah ancang-ancang membuat pabrik cip di Shanghai, Cina.
Apalagi, pada masa depan, kemajuan teknologi membuat permintaan yang masif akan cip. "Saat ini, karena permintaan smartphone yang besar, berarti akan membutuhkan cip yang begitu banyak. Ini berbeda karena besarnya pasar," ujarnya.