Google Hapus 5,2 Miliar Iklan pada 2022, Termasuk Soal Perang Ukraina
Google telah menghapus 5,2 miliar iklan sepanjang 2022. Berdasarkan Google Ads Safety Report, raksasa teknologi itu juga membatasi 4,3 miliar iklan tahun lalu.
Kebijakan tersebut diambil untuk membantu melindungi pengguna. Google juga menangguhkan lebih dari 6,7 juta akun pengiklan.
"Angka ini menunjukkan peningkatan jumlah iklan yang dihapus sebanyak 2 miliar dibanding tahun 2021," kata Director Ads Safety & Safety Google, Alejandro Borgia, dalam acara Ads Safety Report 2022 Roundtable yang diselenggarakan secara virtual, Senin (27/3).
Google juga memblokir atau membatasi penayangan iklan di lebih dari 1,5 miliar halaman publisher. Selain itu, Google telah mengambil tindakan penegakan yang lebih besar pada tingkat situs terhadap lebih dari 143.000 situs publisher.
Isu utama yang ditindak oleh Google sepanjang 2022, yakni:
1. Melindungi pengguna dari penipuan dan scam
- memperluas ketersediaan program sertifikasi jasa keuangan yang mewajibkan pengiklan memiliki izin dari regulator setempat untuk mempromosikan produk dan layanan.
- program tersebut diluncurkan di 11 negara, termasuk Inggris, Australia, dan Singapura
- memblokir dan menghapus puluhan ribu iklan berbahaya dan menindak akun yang terkait dalam satu bulan
- memblokir atau menghapus 142 juta iklan karena melanggar kebijakan perusahaan tentang pernyataan yang tidak benar
- memblokir 198 juta iklan karena karena melanggar kebijakan perusahaan tentang jasa keuangan
2. Memblokir dan menghapus konten berbahaya, serta melawan misinformasi
- membuat kebijakan untuk melawan klaim kesehatan yang berbahaya dan klaim terkait pemilu yang terbukti palsu
- membuat kebijakan untuk melawan upaya penyangkalan perubahan iklim
- memblokir iklan di lebih dari 300.000 halaman publisher yang melanggar kebijakan
- mencegah penayangan lebih dari 24 juta iklan pelanggar kebijakan
- memblokir dan menghapus lebih dari 51,2 juta iklan karena konten yang tidak pantas, termasuk ujaran kebencian, kekerasan, dan klaim kesehatan yang berbahaya
- memblokir 20,6 juta iklan lain karena mempromosikan produk atau layanan berbahaya, seperti senjata dan bahan peledak
- mengembangkan program verifikasi dan transparansi untuk iklan pemilu, yang telah memverifikasi lebih dari 5.900 akun iklan baru di AS dan lebih dari 2.300 di Brasil
- Iklan pemilu dari para pengiklan wajib disertai informasi tentang siapa yang mendanai iklan itu dan juga ditampilkan di Laporan Transparansi Iklan Politik di Google
- memblokir lebih dari 2,6 juta iklan pemilu dari pengiklan yang belum menyelesaikan proses verifikasi yang diwajibkan.
3. Menanggapi Perang di Ukraina
- mencegah iklan yang mengeksploitasi, menyangkal, atau memaklumkan perang
- Google mengaku sudah lama memiliki kebijakan untuk melarang konten yang menyulut kekerasan atau menyangkal terjadinya peristiwa tragis agar konten tersebut tidak dapat ditayangkan sebagai iklan atau dimanfaatkan untuk monetisasi dengan layanan Google
- menjeda mayoritas aktivitas komersial seluruh produk perusahaan di Rusia
- menjeda penayangan iklan di Rusia dan dari pengiklan yang berbasis di Rusia
- menjeda monetisasi oleh media yang didanai pemerintah Rusia di semua platform Google
- memblokir lebih dari 17 juta iklan terkait perang di Ukraina berdasarkan kebijakan peristiwa sensitif perusahaan
- menghapus iklan pada lebih dari 275 situs media yang didanai pemerintah di semua platform Google
4. Memprioritaskan keamanan anak
- menyaring kategori iklan dewasa, seperti konten seksual eksplisit dan iklan perjudian, alkohol, dan obat-obatan
- memblokir penargetan iklan berdasarkan usia, gender, atau minat dan mencegah berbagai kategori iklan lain yang sensitif usia supaya tidak tayang di hadapan remaja
- melarang penayangan iklan aplikasi kencan, kontes, dan undian, dan produk penurun berat badan kepada pengguna di bawah 18 tahun.
5. Memberdayakan pengguna dengan lebih banyak informasi dan kontrol
- meluncurkan Pusat Iklan untuk membantu orang mengontrol jenis iklan yang mereka lihat di Google Search, YouTube, dan Discover
- berinvestasi dalam menyediakan informasi yang bermanfaat tentang pengiklan kepada pengguna
- memperluas cakupan program memverifikasi identitas pengiklan ini ke seluruh dunia.
Jenis Iklan yang Dihentikan
5,2 miliar iklan buruk yang paling banyak dihentikan pada 2022, yakni:
- Abusing The Ad Network 1,36 miliar iklan
- Trademark 562 juta iklan
- Legal Requirements 343 juta iklan
- Personalized Ads 302 juta iklan
- Financial Services 198 juta iklan
- Misrepresentation 142 juta iklan
- Gambling and Games 136 juta iklan
- Adult Content 129 juta iklan
- Healthcare and Medicines 96 juta iklan
- Copyrights 83,7 juta iklan
- Inappropriate Content 51,2 juta iklan
- Dangerous Products or Services 20,6 juta iklan
- Sensitive events (war in Ukraine) 17 juta iklan
- Enabling Dishonest Behavior 12,5 juta iklan
- Alcohol 9,2 juta iklan
- Counterfeit Goods 1,3 juta iklan
4,3 miliar iklan yang dibatas pada tahun 2022, yakni:
- Restricted Businesses 550 juta iklan
- Local Legal Requirements 503 juta iklan
- Financial Services 237 juta iklan
- Adult Content 163 juta iklan
- Gambling and Games 130 juta iklan
- Healthcare and Medicines 124 juta iklan
- Copyrights 83,4 juta iklan
- Alcohol 55 juta iklan
1,57 miliar halaman yang paling banyak diambil tindakannya pada tahun 2022, yakni:
- Sexual Content 1.15 miliar halaman
- Dangerous or Derogatory 166 juta halaman
- Weapons Promotion and Sales 110 juta halaman
- Shocking Content 59 juta halaman
- Tobacco 35 juta halaman
- Online Gambling 30 juta halaman
- Alcohol Sales 23 juta halaman
- Intellectual Property Abuse 11,5 juta halaman
- Malicious or Unwanted Software 4,5 juta halaman
- Sexually Explicit Content 2,5 juta halaman
Google Keluarkan Kebijakan Baru
Borgia mengatakan, Google akan secara berkelanjutan berupaya meningkatkan efektivitas kebijakan perusahaan beserta penegakannya. Hal itu bertujuan untuk memberikan keamanan bagi pengguna di dunia digital.
Sepanjang 2022, Google mengatakan telah menambahkan atau memperbarui 29 kebijakan bagi pengiklan dan publisher. Kebijakan tersebut meliputi:
1. Penyediaan program verifikasi jasa keuangan di 10 negara baru
2. Perluasan jangkauan perlindungan untuk remaja
3. Penguatan kebijakan iklan pemilu
Untuk menegakkan kebijakan dengan skala masif, Google mengandalkan kombinasi tenaga manusia dan sistem otomatis yang didukung kecerdasan buatan dan machine learning.
"Cara ini membantu kami memindai konten dan mendeteksi pelanggaran di seluruh dunia dengan lebih baik," ujarnya.
Google meluncurkan alat transparansi baru bernama ‘Pusat Transparansi Iklan’, Rabu (29/3). Alat ini berupa katalog yang mencatat para pengiklan terverifikasi dari seluruh platform Google, termasuk Search, Display, dan YouTube.
Melalui Pusat Transparansi Iklan, pengguna dapat mencari pengiklan tertentu dan melihat informasi mereka di halaman pengiklan tersebut.
Alejandro menyampaikan proyeksi Google pada tahun 2023 yaitu meneruskan upaya untuk melawan penyalahgunaan di semua platform perusahaan. “Sekaligus membantu pengiklan dan publisher menumbuhkan bisnis mereka,” katanya.
Alejandro mengatakan Google memikul kepercayaan besar dari para pengguna, baik individu maupun bisnis. Ia menjelaskan perusahaan mengerahkan untuk membuat kebijakan yang efektif bagi publisher dan pengiklan, kemudian menegakkannya sepanjang waktu.
"Kami bekerja keras untuk mencegah penyalahgunaan sekaligus mendukung kesuksesan publisher dan bisnis segala ukuran," katanya. .
Menurutnya, dengan dukungan iklan yang sehat, semua orang dapat terus mengakses informasi berkualitas di internet.
Google Chrome merupakan aplikasi peramban atau browser yang paling rentan diretas. Hal ini terlihat dari banyaknya laporan vulnerability terkait Google Chrome pada 2022.
National Cyber Security Centre atau NCSC mendefinisikan vulnerability sebagai celah kelemahan sistem teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan peretas atau hacker untuk melakukan serangan siber.
Menurut data VulDB yang dihimpun Atlas VPN, selama periode Januari-Oktober 2022 ada 303 laporan vulnerability terkait aplikasi Google Chrome. Dalam periode sama, laporan kerentanan sistem browser Mozilla Firefox, Microsoft Edge, dan Safari jauh lebih sedikit.