AS Tawarkan Rp 150 M untuk Tangkap Hacker Rusia Penyebar Ransomware
Amerika Serikat (AS) mendakwa seorang warga negara Rusia atas dugaan dalam serangan dunia maya terhadap lembaga hukum, pemerintah, rumah sakit, hingga sekolah di seluruh dunia dengan menyebarkan ransomware.
Departemen Kehakiman AS mendakwa Mikhail Pavlovich Matveev, yang secara online dikenal sebagai Wazawaka, yang diduga telah menyebarkan ransomware dan meminta tebusan hingga US$ 400 juta atau hampir Rp 6 triliun dari para korbannya. Wazawaka diduga telah menerima pembayaran US$ 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun.
Dephan AS menawarkan hadiah hingga US$ 10 juta atau hampir Rp 150 miliar untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dan/atau hukuman Matveev.
“Dari markasnya di Rusia, Matveev diduga menggunakan beberapa varian ransomware untuk menyerang infrastruktur penting di seluruh dunia, termasuk rumah sakit, lembaga pemerintah dan korban di sektor lain,” kata asisten Jaksa Agung AS, Kenneth A. Polite Jr. dikutip dari Gizmodo pada Sabtu (20/5).
Dia menambahkan bahwa kejahatan internasional ini menuntut tanggapan yang terkoordinasi. Oleh karena itu “kami tidak akan menyerah dalam memberikan konsekuensi pada pelaku paling mengerikan dalam ekosistem kejahatan dunia maya.”
Matveev diyakini tidak bertindak sendiri, menurut Departemen Kehakiman AS, dia adalah anggota geng ransomware Lockbit, Babuk, dan Hive, yang termasuk kelompok penjahat dunia maya paling aktif dan merusak di dunia.
Geng Babuk dikatakan telah menyebarkan ransomware terhadap Departemen Kepolisian Metropolitan di Washington, D.C. pada 2021, menginfeksi sistem dengan spyware dan mencuri data untuk memeras departemen tersebut. Mereka mengancam akan mengungkapkan informasi sensitif kecuali mereka membayar uang tebusan.
Matveev juga didakwa melakukan serangkaian kejahatan ransomware termasuk beberapa serangan Lockbit terhadap departemen kepolisian dan organisasi kesehatan perilaku nirlaba di New Jersey.
Serangan pertama kali dimulai pada Januari 2020, ketika grup ransomware Lockbit muncul dan sejak itu telah mengeksekusi lebih dari 1.400 serangan secara global dan menerima lebih dari US$ 75 juta dalam pembayaran uang tebusan.
Babuk muncul pada bulan Desember tahun itu, melakukan sekitar 65 serangan ransomware secara global dan menerima pembayaran setidaknya US$ 13 juta atau sekitar Rp 195 miliar.
Hive adalah grup terakhir yang mengeluarkan serangan ransomware yang dimulai pada Juni 2021, memiliki sekitar 1.400 korban secara global dan menerima setidaknya US$ 120 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun dalam pembayaran uang tebusan.
Matveev didakwa berkonspirasi untuk mengirimkan permintaan tebusan, bersekongkol untuk merusak komputer yang dilindungi, dan dengan sengaja merusak komputer yang dilindungi, dan jika terbukti bersalah, Matveev menghadapi hukuman lebih dari 20 tahun penjara.
“Berkat pekerjaan investigasi yang luar biasa dari jaksa dari kantor saya dan mitra FBI kami, Matveev tidak lagi bersembunyi dalam bayang-bayang. Kami telah mengidentifikasi tindakan kriminalnya secara terbuka dan mendakwanya dengan berbagai kejahatan federal,” kata Jaksa Distrik New Jersey Philip R. Sellinger
“Biarkan tuduhan hari ini menjadi pengingat bagi penjahat dunia maya di mana pun – kantor saya mengabdikan diri untuk memerangi kejahatan dunia maya dan tidak akan menyisihkan sumber daya untuk mengadili mereka yang menggunakan serangan ransomware untuk menargetkan korban,” ujar Sellinger menambahkan.