Tips Hindari Peretasan saat Bekerja Remote di Ruang Publik
Popularitas bekerja secara remote atau jarak jauh semakin meningkat akibat pandemi Covid-19. Setelah aturan pembatasan sosial dicabut, banyak karyawan yang akhirnya tetap melanjutkan pola bekerja secara hybrid, baik dari rumah maupun ruang publik.
Maka itu, Anda perlu mengikuti langkah-langkah keamanan siber demi menghindari peretasan pada perangkat keras saat bekerja remote.
Laporan International Data Corporation atau IDC menunjukkan sekitar 56% karyawan di wilayah Asia Pasifik menginginkan pekerjaan yang fleksibel dengan opsi untuk bekerja secara hybrid di kantor dan secara remote di mana saja, pasca-pandemi Covid-19.
Sementara itu, survei terbaru dari Badan Kepegawaian Nasional (BKN) di Indonesia menemukan terdapat lebih dari 95% pegawai negeri sipil atau PNS yang menanggapi dengan baik kebijakan kerja hybrid.
Terlepas dari manfaatnya, bekerja secara hybrid tak luput dari ancaman keamanan siber yang berisiko bagi perusahaan.
Steven Scheurmann, Regional Vice President ASEAN Palo Alto Networks mengatakan para peretas tidak akan berhenti mengeksploitasi kerentanan keamanan organisasi, sehingga mendorong terjadinya pelanggaran data, ransomware, dan serangan siber lainnya.
"Penerapan remote working atau bekerja di mana saja menempatkan karyawan di posisi yang lebih rentan terhadap serangan siber akibat jaringan dan perangkat yang tidak aman," ujar Steven dalam keterangan pers yang diterima Katadata, Selasa (6/6).
Menurut dia, tanpa ada tindakan pengamanan yang tepat, organisasi akan semakin rentan terhadap potensi aktivitas berbahaya. "Organisasi perlu mengubah strategi keamanan siber agar dapat lebih cekatan untuk mengimbangi ancaman siber di luar sistem keamanan di kantor," kata Steven.
Dalam mengembangkan dan menerapkan solusi akses jarak jauh yang aman, organisasi dapat memilih berbagai solusi akses jarak jauh yang aman dan sesuai dengan ukuran perusahaan.
Berikut beberapa langkah akses aman bekerja secara jarak jauh demi meningkatkan keamanan kerja remote:
1. Jaringan Pribadi Virtual atau VPN
Koneksi VPN merupakan metode akses jarak jauh yang membantu memastikan perangkat terkoneksi dengan aman dan terenkripsi selama menjelajahi internet. VPN menjadi jalur jaringan yang aman antara pengguna dan aplikasi, baik di pusat data pribadi maupun di jaringan publik.
VPN dirancang untuk memberikan akses lengkap ke LAN, menawarkan tunnel yang terenkripsi dan privat untuk para karyawan yang bekerja secara jarak jauh agar tetap dapat terhubung dengan jaringan perusahaan.
2. Zero Trust Network Access atau ZTNA 2.0
Teknologi Zero Trust Network Access (ZTNA) memberikan akses jarak jauh yang aman ke aplikasi dan layanan berdasarkan kebijakan kontrol akses yang ditentukan. Keamanan akses jarak jauh melalui ZTNA menolak akses jaringan semua pengguna dan menawarkan pemeriksaan lanjutan pada pengguna ketika mereka terhubung dengan aplikasi, sehingga memperbaiki pendekatan 'setelah diverifikasi, siapapun bisa masuk' yang dimiliki oleh jaringan VPN.
Sebagai gantinya, administrator jaringan mengelola izin yang akan diberikan ke pengguna, sehingga mereka hanya dapat mengakses aplikasi yang diidentifikasi sebagai kebutuhan pengguna. Pembaruan yang dimiliki fitur Zero Trust Network Access 2.0 mengatasi keterbatasan solusi ZTNA lama dengan menyediakan koneksi yang aman.
3. Secure Access Service Edge (SASE)
Secure Access Service Edge (SASE) merupakan pendekatan terbaru yang menggantikan perpaduan antara jaringan VPN dan point products dengan kombinasi jaringan dan keamanan jaringan yang disalurkan sebagai layanan dari cloud. SASE menggunakan langkah-langkah akses jarak jauh yang aman untuk meningkatkan keamanan kerja remote dengan mengintegrasikan jaringan area luas (WAN) dan layanan keamanan jaringan ke dalam model tunggal yang komprehensif.
Model SASE memungkinkan bisnis melakukan transisi dari perimeter dan pendekatan keamanan jaringan berbasis perangkat keras menuju pendekatan akses remote yang aman ke aplikasi, data, dan alat perusahaan.