Peretas Korea Utara Diduga Curi Kripto Rp 514 Miliar
Peretas atau hacker Korea Utara diduga berada di balik aksi pencurian kripto yang bernilai US$ 35 juta atau setara Rp 514,5 miliar dari layanan aset kripto populer.
Menurut beberapa ahli pelacakan kripto yang dilaporkan CNN, ini merupakan aksi pencurian terbaru dari serangkaian peretasan perusahaan kripto yang terkait dengan Pyongyang. Pejabat Amerika Serikat (AS) mencurigai dana tersebut digunakan untuk mendanai program senjata nuklir dan balistik rezim Korea Utara.
Peretas menguras akun kripto pelanggan tertentu dari Atomic Wallet, perusahaan perangkat lunak berbasis di Estonia yang mengklaim memiliki 5 juta pengguna.
Pada Sabtu 10/6(), Atomic Wallet mengatakan kurang dari 1% pengguna bulanan tampaknya mengalami peretasan. Perusahaan belum menentukan berapa banyak uang yang mungkin telah dicuri atau siapa yang berada di balik peretasan tersebut.
Beberapa korban peretasan itu menyampaikan keluhannya via Twitter, sekaligus memohon kepada para peretas agar mengembalikan uang mereka. Para korban mengunggah alamat akun kripto mereka, dan berharap peretas mengasihaninya, kemudian mengembalikan aset mereka.
Peretas Korea Utara diduga mencuri miliaran dolar dari bank dan perusahaan kripto selama beberapa tahun terakhir. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan perusahaan swasta terkait, peretas diduga menyediakan sumber pendapatan utama bagi rezim tersebut.
Pejabat Gedung Putih yang tak ingin dipublikasikan profilnya mengatakan, sekitar separuh dari program rudal Korea Utara didanai oleh serangan siber dan pencurian mata uang kripto.
Menurut perusahaan pelacak kripto yang berbasis di London, dalam insiden Atomic Wallet, teknik pencucian uang para peretas dan alat yang mereka gunakan cocok dengan perilaku Korea Utara.
Pelacak kripto independen yang dikenal sebagai ZachXBT mengatakan kepada CNN, peretas Korea Utara kemungkinan besar bertanggung jawab. Jumlah yang dipastikan dicuri bisa naik di atas US$ 35 juta karena Atomic Wallet terus menyelidiki insiden tersebut.
“Polanya mirip dengan apa yang kami lihat dengan pencucian dana Harmony pada bulan Januari,” kata ZachXBT, merujuk pada pencucian US$ 100 juta atau sekitar Rp 14,7 triliun yang dicuri dari perusahaan asal California, AS.
FBI menyalahkan Korea Utara atas peretasan Harmony. CNN melaporkan tentang bagaimana penyelidik swasta dan agen intelijen Korea Selatan dapat menarik kembali sebagian kecil dari uang itu.