Mengenal Julid Fi Sabilillah: Hack hingga Hujat Akun Medsos Pro-Israel
Gerakan Julid Fi Sabilillah sempat viral di X atau Twitter pada November. Mereka menggaet 100 ribu lebih netizen di Indonesia dan global untuk menyerang akun media sosial pro-Israel.
Berdasarkan akun X atau Twitter Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen julid Anti-Israel Erlangga Greschinov, warganet yang bergabung merupakan Indonesia dan Malaysia. Namun berdasarkan pantauan Katadata.co.id, netizen Turki kini ikut bergabung.
“Julid Fi Sabilillah bukanlah tren sesaat, melainkan gerakan akar rumput masyarakat Indonesia di jagat maya demi saudara di Palestina,” kata Erlangga melalui X, Jumat (8/12).
Arti Julid Fi Sabilillah merupakan pelesetan dari istilah Jihad Fi Sabilillah yang berarti berperang di jalan Allah SWT.
Erlangga mengatakan gerakan Julid Fi Sabilillah bertujuan melemahkan moril Israel, memerangi propaganda Zionis, dan memperkuat narasi pro-Palestina di media sosial.
“Target utama kami yakni para tentara dan aparat kepolisian Israel, warga atau badan yang membuat narasi anti-Palestina, dan menyebarluaskan gerakan ini seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia,” katanya dalam pengumuman di Twitter, akhir November (24/11).
Para warganet yang tergabung memberikan counter-narratives dengan dua cara:
- Persuasif yakni berkomentar pro-Palestina, informasi fakta tentang Palestina
- Trolling seperti perisakan, hujatan, retasan, report massal pada akun-akun Zionis
Mereka juga mengecek informasi terkait Palestina dan Israel yang beredar di media sosial, untuk mengantisipasi hoaks dan disinformasi
Namun warganet Indonesia yang mengikuti gerakan Julid Fi Sabilillah diimbau untuk tidak membawa narasi antisemitisme seperti Holocaust, Nazi, Hitler, dan semacamnya. Teori konspirasi antisemitisme mengatakan bahwa Yahudi ingin membawa populasi minoritas tidak terdokumentasi ke negara-negara Barat untuk mengurangi mayoritas kulit putih.
“Sebab yang kami lakukan adalah melawan Zionisme dan kekejaman Israel, bukan bangsa atau ras Yahudi,” kata Erlangga.
Ia melanjutkan, gerakan Julid Fi Sabilillah bertujuan mendorong dan merangkul seluruh elemen masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Selain itu, saling mengingatkan dan memberikan informasi terkini mengenai perkembangan perang dan kabar di Palestina.
Gerakan warganet itu juga mendukung pemberdayaan masyarakat Palestina pada aspek-aspek lain seperti penyaluran donasi dan lobi-lobi diplomatik demi tercapainya kemerdekaan Palestina.
INFORMASI PENTING
Demi tercapainya tujuan dalam operasi melawan Israel di jagat maya, berikut beberapa hal penting yang perlu diingat bagi para seluruh pejuang #JulidFiSabilillah.
Semoga dapat dijadikan pegangan dalam perjuangan kita.
Indonesia ????????, Malaysia ????????, Palestina ????????.… pic.twitter.com/wTGBbQu3hP— Erlangga Greschinov (@Greschinov) November 23, 2023
Gerakan Julid Fi Sabilillah pun menggelar aksi masif selama 2 - 5 Desember dan menargetkan beberapa akun pro-Israel. "Kami akan evaluasi serangan umum ini," kata Erlangga kepada Katadata.co.id.
Serangan umum sudah terkenal di media-media online Israel. Good job, fighters! pic.twitter.com/dz1rWY7w3q— Erlangga Greschinov (@Greschinov) December 5, 2023
"Serangan umum bisa menghasilkan dua dampak jangka panjang," kata dia. Keduanya yakni:
- Gerakan menyerang akun media sosial pro-Israel menjadi lebih kuat karena diikuti oleh lebih banyak warganet dari negara lain
- Sangat besar kemungkinan Israel menghabiskan uang untuk menyewa buzzer
Cara Julid Fi Sabilillah mendapatkan informasi terkait akun media sosial pro-Israel melalui:
- Saling berbagi informasi
- Melakukan pencarian di internet
- Peretasan atau hacking
Melalui ketiga cara itu, warganet yang tergabung dalam Julid Fi Sabilillah bisa menghubungi akun media sosial pro-Israel bahkan nomor teleponnya.
Bagi yang mau silaturahmi ke nomor Israel, jangan lupa ganti angka nol nya dengan +972 ya https://t.co/wpyshhr6x7— Erlangga Greschinov (@Greschinov) December 5, 2023
Meski begitu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong mengatakan, kementerian tidak menemukan hal-hal negatif dari gerakan netizen Indonesia dan Malaysia menyerang akun tentara Israel.
“Masih bisa ditoleransi dalam konteks kebebasan berpendapat,” kata Usman kepada Katadata.co.id, pada November (28/11).