Makin Banyak Hacker Manfaatkan Teknologi AI untuk Mencuri Data Pribadi
Hacker atau peretas kini lebih memilih mencuri data korban ketimbang meretas ponsel atau laptop. Serangan hacker akan makin memanfaatkan perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Laporan IBM X-Force 2024 mengatakan lebih dari 150 miliar insiden keamanan per hari di lebih dari 130 negara. Asia-Pasifik menempati urutan ketiga wilayah yang paling ditargetkan oleh hacker tahun lalu.
Serangan hacker dengan modus menyebarkan ransomware ke jaringan perusahaan turun hampir 12 persen tahun lalu. Ini karena mayoritas perusahaan enggan membayar atas data yang dicuri.
Menurut divisi layanan keamanan ofensif dan defensif IBM Consulting yakni IBM X-Force pada 2023, penjahat siber memilih untuk masuk ke akun pengguna daripada meretas jaringan perusahaan.
Laporan X-Force menunjukkan hacker yang masuk ke akun pengguna dengan menggunakan data yang bocor naik 266 persen. Mereka mengambil data seperti email, akun media sosial, kredensial aplikasi messaging, detail perbankan, data dompet kripto, dan banyak lagi.
IBM X-Force memperkirakan, pencurian data akan terus meningkat terlebih lagi dengan adanya AI generatif. X-Force mencatat ada lebih dari 800 ribu unggahan tentang AI dan GPT di forum Dark Web pada 2023.
Analisis X-Force memproyeksikan jika teknologi suatu Generative AI mendekati 50 persen pangsa pasar atau ketika pasar berkonsolidasi pada maksimum tiga teknologi AI, ini dapat memicu serangan yang menggunakan AI. Sebab, peretas akan berinvestasi lebih lanjut dengan alat-alat teknologi baru.
"Meskipun serangan siber yang memanfaatkan AI menarik banyak perhatian, kenyataannya perusahaan bahkan masih menghadapi tantangan keamanan untuk modus-modus dasar hacker," kata Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih dalam keterangan pers, Rabu (21/2).
Meskipun Generative AI saat ini berada pada tahap pre-mass market, perusahaan harus mengamankan model AI sebelum penjahat dunia maya memanfaatkannya Selain itu, perusahaan juga harus menyadari infrastruktur dasar mereka menjadi pintu gerbang serangan hacker.