Israel Pakai Teknologi Google Untuk Tangkap Warga Gaza
Israel dilaporkan menggunakan program pengenalan wajah secara massal buatan Google di Jalur Gaza, untuk membuat basis data warga Palestina tanpa sepengetahuan atau persetujuan.
Program itu dibuat setelah serangan 7 Oktober. Pengenalan wajah ini menggunakan teknologi dari Google Foto dan alat khusus milik Corsight yang berbasis di Tel Aviv untuk mengidentifikasi orang-orang yang berafiliasi dengan Hamas.
Dengan penggabungan teknologi itu memungkinkan Israel memilih wajah dari kerumunan orang dan rekaman drone.
“Teknologi ini awalnya digunakan di Gaza untuk mencari warga Israel yang disandera oleh Hamas dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober,” kata para pejabat intelijen, dikutip dari The New York Times, Rabu (3/4).
Seorang juru bicara militer Israel menolak untuk mengomentari aktivitas di Gaza. Ia mengatakan bahwa militer Israel melakukan operasi keamanan dan intelijen yang diperlukan, sambil melakukan upaya yang signifikan untuk meminimalkan bahaya bagi penduduk yang tidak terlibat.
"Tentu saja, kami tidak dapat merujuk pada kemampuan operasional dan intelijen dalam konteks ini," kata juru bicara.
Penggunaan pengenalan wajah oleh Israel di Gaza merupakan salah satu contoh penerapan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam perang.
Beberapa negara menggunakan teknologi itu untuk mempermudah perjalanan udara. Cina dan Rusia menggunakan teknologi ini untuk melawan kelompok minoritas dan menekan perbedaan pendapat.
Seorang peneliti dari Amnesty International, Matt Mahmoudi mengatakan bahwa penggunaan teknologi pengenalan wajah oleh Israel merupakan hal yang memprihatinkan. Sebab, ini dapat mengarah pada dehumanisasi total terhadap warga Palestina, yang tidak dipandang sebagai individu.
Matt menambahkan bahwa tentara Israel tidak mungkin mempertanyakan teknologi tersebut ketika mengidentifikasi seseorang sebagai bagian dari kelompok militan, meskipun teknologi itu membuat kesalahan.
Teknologi Israel - Google Salah Tangkap
Menurut seorang perwira, teknologi pengenalan wajah tersebut terkadang salah menandai warga sipil sebagai militan Hamas yang dicari.
Salah satunya penyair Palestina Mosab Abu Toha diminta keluar dari kerumunan saat berjalan melewati pos pemeriksaan militer Israel di sepanjang jalan raya utama Gaza pada 19 November.
"Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi atau bagaimana mereka bisa tiba-tiba mengetahui nama lengkap saya," ujar Abu Toha. Pria berusia 31 tahun ini tidak memiliki hubungan dengan kelompok militan Hamas dan sedang berusaha meninggalkan Gaza menuju Mesir.
Menurut tiga pejabat Israel, Abu Toha berjalan ke jangkauan kamera yang disematkan dengan teknologi pengenal wajah. Teknologi AI itu menyatakan, penyair ini termasuk dalam daftar orang yang dicari Israel.