Starlink Larang Konsumen Jadi Reseller, Internet Bisa Diputus
Internet cepat Starlink sudah tersedia di Indonesia sejak pekan lalu (19/5). Penyedia solusi yakni SpaceX melarang konsumen menjual kembali layanan internet maupun perangkat.
“Anda tidak boleh mengalihkan, menjual, atau mentransfer perangkat lunak atau software yang diunduh di Starlink Kit atau akses ke layanan, tanpa persetujuan perusahaan,” kata SpaceX dalam laman resmi, dikutip Senin (27/5).
“Pemindahan atau pengalihan layanan yang tidak sah, akan batal demi hukum. Starlink dapat mengakhiri perjanjian ini, karena suatu alasan jika Anda mencoba untuk mengalihkan layanan,” SpaceX menambahkan.
Perusahaan milik Elon Musk itu menegaskan bahwa konsumen bertanggung jawab atas segala tagihan yang timbul akibat penggunaan layanan dan perangkat Starlink oleh orang lain.
“Starlink dapat mengalihkan hak dan kewajiban berdasarkan ketentuan ini, secara keseluruhan atau sebagian kepada individu atau entitas manapun yang dipilih oleh perusahaan, kapan saja, tanpa pemberitahuan kepada Anda, berdasarkan kebijakan kami sendiri,” ujar perusahaan.
Berdasarkan laman resmi, Starlink menargetkan dua jenis konsumen yakni individu dan bisnis. Rincian harga internet Starlink sebagai berikut:
Harga perangkat:
- Standar: Rp 7,8 juta (termasuk Router WiFi, Kabel Starlink 15 meter, Kabel Daya AC Router, Alas)
- Kualitas tinggi: Rp 42,7 juta
Harga internet Starlink untuk konsumen individu per bulan:
- Di perumahan atau lokasi tetap Rp 750 ribu
- Lokasi berpindah-pindah (regional) Rp 990 ribu
- Lokasi berpindah-pindah (global) Rp 6.995.480
Harga internet untuk konsumen bisnis per bulan:
- Di perkantoran atau lokasi tetap
- 40 GB: Rp 1,1 juta
- 1 TB: Rp 3 juta
- 2 TB: Rp 6,1 juta
- 6 TB: Rp 12,3 juta
- Kapal dan mobilitas darat
- 50 GB: Rp 4,3 juta
- 1 TB: Rp 17,2 juta
- 5 TB: Rp 86,1 juta
Starlink Indonesia menyediakan layanan uji coba 30 hari untuk konsumen perumahan dan perkantoran, serta dua minggu untuk kapal dan mobilitas darat.
Potensi Reseller Internet Starlink
Warganet yang berdomisili di Bandung menceritakan pengalaman menggunakan Starlink. Kecepatan internet mencapai 300 Mbps saat hujan.
Indra dengan nama akun @drayanaindra melalui platform X menyebutkan, kecepatan internet Starlink bisa mencapai 360 Mbps atau Mega bit per detik. “Rata-rata 250 Mbps,” kata Indra.
Katadata.co.id sudah meminta izin kepada Indra untuk mengutip unggahannya tersebut. Namun belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.
Salah satu warganet bertanya kepada Indra mengenai kecepatan internet Starlink saat cuaca buruk. “Speed yang disebutkan (300 Mbps) saat hujan dan mendung,” Indra menjawab pertanyaan tersebut.
Ia juga menjelaskan bahwa dirinya membeli perangkat Starlink Rp 7,8 juta melalui situs resmi. Tarif internet per bulan Rp 750 ribu sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai alias PPN dan biaya pemasangan alat Rp 345 ribu. “Perangkat tidak kena bea masuk karena dibeli lewat importir di Indonesia,” ujar Indra
Indra menyampaikan, dirinya menggunakan perangkat Starlink di Cigugur Girang, Parongpong, Bandung Barat. “Cocok untuk di pelosok atau area yang tidak tercakup fiber optic. Jika di perkotaan, tidak worth it, karena bisa memakai layanan operator seluler yang jauh lebih murah,” kata dia.
“Internet Starlink tidak cocok dipakai di lokasi padat pemukiman. Apalagi rumah yang dikelilingi oleh gedung dan pohon-pohon tinggi. Kalau sudah lock, stabil sekali,” Indra menambahkan.
Sementara itu, salah satu warganet dengan nama akun @sanadunt mengunggah tangkapan layar alias screenshot kecepatan internet Starlink hanya 20,35 Mbps untuk unduh alias download dan 0,14 Mbps untuk unggah atau upload. Ia menggunakan Starlink di Jakarta.
“Mungkin kurang tinggi posisinya. Jadi terhalang oleh dinding atau pohon. Sebenarnya. Kalau di Bandung kota lebih baik memakai layanan fiber optic,” Indra berkomentar.
Indra juga menyampaikan, dirinya bisa membuka platform Reddit tanpa VPN menggunakan internet Starlink.
Unggahan Indra tersebut disambut antusias warganet lain untuk membeli perangkat Starlink dan layanan internetnya. “Bisa dipakai untuk kafe di pegunungan,” kata salah satu netizen.
Ada juga yang mengusulkan untuk memakai internet Starlink sebagai RT/RW Net. RT/RW Net merupakan jasa layanan internet yang dibangun secara swadaya oleh warga setempat lewat penyedia layanan internet.
Tujuannya, membantu warga setempat terkoneksi internet saat beraktivitas yang membutuhkan jaringan. RT/RW Net biasanya dibangun di area perumahan, kompleks, atau kawasan padat penduduk.
Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menyampaikan, layanan internet RT/RW Net tidak memiliki izin. “Ini tidak memiliki izin, sehingga takut disalahgunakan,” katanya kepada media di kantor Kominfo di Jakarta, bulan lalu (19/4). “Kalau tidak ada izinnya, tutup saja.”