Malaysia Kebanjiran Investasi Raksasa Teknologi, Kominfo Keluarkan Jurus Baru
Malaysia kebanjiran investasi raksasa teknologi global, termasuk data center. Kominfo alias Kementerian Komunikasi dan Informatika menyederhanakan perizinan dan reviu regulasi untuk mendorong investasi pusat data di Indonesia.
Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menyampaikan, pemerintah merujuk pada kebijakan di Malaysia yang memberikan banyak insentif. “Ini sangat membuat investor tertarik untuk membangun data center," kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (8/8).
Ia pun mengkaji regulasi apa yang menghambat investasi ke data center di Indonesia. Berdasarkan kajian ini, Kominfo menyiapkan sejumlah langkah di antaranya:
- Memberikan insentif perpajakan terhadap investor data center di Indonesia
- Berupaya memastikan kesediaan lahan, serta kesiapan fasilitas air dan listrik ramah lingkungan untuk mendukung operasional data center
"Tuntutan ke depan nanti data center itu green energy, ramah lingkungan," ujar Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi.
Menurut dia, peluang investasi data center di Indonesia masih sangat besar karena jumlah penduduk dan perkembangan digitalisasi yang pesat. Keberadaan pusat data juga penting untuk penyimpanan data masyarakat di dalam negeri sebagai upaya menjaga kedaulatan data.
"Kalau bisa semua yang berurusan dengan penduduk Indonesia, data center di Indonesia, supaya isu-isu kedaulatan data ini menjadi penting," ujar dia.
Perusahaan global Vantage Data Centers mengumumkan telah memulai pembangunan data center kampus Cyberjaya kedua di Malaysia pada Selasa (6/8). Pusat data ini terletak di lahan seluas 35 hektare, yang berdekatan dengan kampus Vantage yang sudah ada yakni KUL 1.
Data center kedua atau KUL2 itu akan menyediakan kapasitas teknologi informasi 256 megawatt atau MW untuk mendukung adopsi komputasi awan alias cloud dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Malaysia menargetkan pembangunan pusat data alias data center total 1.600 MW dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Jumlahnya 5,3 kali lipat dibandingkan Indonesia yang diperkirakan 300 MW saat ini dan 1.000 MW dalam empat tahun berikutnya.
“Malaysia melakukan signing agreement membangun satu data center 256 MW. Saya kaget karena Indonesia, secara satu negara, yang available sekarang mungkin 200 atau 300 MW,'' kata Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir dalam acara Katadata SAFE 2024, Kamis (8/8).
Ia prihatin dengan masifnya pembangunan data center di Malaysia ketimbang Indonesia yang diperkirakan hanya 1.000 MW dalam empat tahun ke depan. Padahal pusat data sangat krusial dalam perlombaan global untuk memajukan teknologi AI.
“Pertumbuhan adopsi AI sangat penting dan besar. Bisa dibilang AI ini, menurut saya akan lebih penting ketimbang internet itu sendiri,” kata Pandu. Masyarakat Indonesia sudah menggunakan AI seperti ChatGPT.
Akan tetapi, butuh infrastruktur memadai guna mempercepat adopsi teknologi kecerdasan buatan. Kapasitas data center yang besar akan menurunkan biaya pemrosesan data, sehingga mempercepat adopsi AI di berbagai sektor, termasuk pendidikan dan kesehatan. Pada akhirnya, diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat.