Profil CEO Telegram Pavel Durov, Miliarder Rusia Ditangkap di Prancis
Miliarder asal Rusia sekaligus pemilik aplikasi perpesanan Telegram, Pavel Durov, ditangkap di bandara Le Bourget, Perancis, Sabtu (24/8) malam. Melansir sumber Reuters, Durov ditangkap karena lemahnya moderasi konten Telegram sehingga memicu berbagai kejahatan.
Telegram sendiri telah menjadi sumber utama konten tanpa filter baik di pihak Rusia dan Ukraina sejak invasi pada 2022. Platform ini menjadi “medan perang virtual” yang banyak digunakan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan para pejabatnya, serta pemerintah Rusia.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan mereka telah mengirim surat ke Paris untuk meminta akses ke Durov, meskipun ia memiliki kewarganegaraan Prancis. Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa Durov keliru dengan melarikan diri dari Rusia, berpikir ia tidak akan pernah harus bekerja sama dengan dinas keamanan di luar negeri.
Manajemen Telegram sudah merespon penangkapan Durov. Menurut pernyataan yang dikutip dari Reuters, Senin (26/8), aplikasi ini mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital. Mereka mengaku moderasi Telegram berada dalam standar industri dan terus meningkat. Durov juga diklaim tidak punya sesuatu yang disembunyikan.
“Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa sebuah platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut,” kata pernyataan tersebut.
Bagaimana Profil Pavel Durov yang Mendirikan Telegram?
Pernah Mendirikan VKontakte
Durov lahir di Rusia, 10 Oktober 1984, namun besar di Turin, Italia bersama ayahnya. Sebelum dikenal sebagai pendiri Telegram, Durov sebelumnya mendirikan aplikasi perpesanan VKontakte pada 2006 lalu.
Aplikasi ini ia kembangkan usai lulus dari Saint Petersburg State University, Rusia, pada 2006. Kala itu ia bekerjasama dengan Ilya Perekopsky dan saudaranya, Nikolai.
Aplikasi ini kian populer di negara itu hingga dijuluki Facebook Rusia, namun membuat Durov berselisih dengan pemerintah lokal. Hingga pada 2014, pemerintah memintanya menutup komunitas oposisi di platform itu.
Durov menolak melakukan hal tersebut. Ia lalu menjual saham perusahaan miliknya itu, dan meninggalkan Rusia di tahun yang sama. Durov lalu mulai pindah ke berbagai negara.
Miliarder Berkewarganegaraan Ganda
Usai menutup VKontakte, Durov meluncurkan Telegram pada 2013, masih bersama Nikolai. Durov sempat bilang kantor pusatnya ada di Berlin, Jerman pada 2014. Namun pada awal 2015, kantornya pindah hingga kini bermarkas di Dubai, Uni Emirat Arab, per 2017.
Pendiri Telegram ini menjadi warga negara Perancis pada Agustus 2021. Media Perancis juga mencatat Durov menerima kewarganegaraan Uni Emirat Arab dan St. Kitts and Nevis, sebuah negara kepulauan ganda di Karibia.
Kendati sudah keluar dari Rusia, pertikaian Durov dan negaranya masih terjadi pada 2018. Kala itu, Rusia memblokir Telegram karena tidak memberi akses layanan keamanan negara ke pesan terenkripsi. Pemblokiran dicabut pada 2020 karena Telegram sepakat melawan terorisme dan ekstremisme di platformnya.
Di usianya yang ke-40 ini, Forbes memperkirakan kekayaan Durov mencapai US$15,5 miliar atau setara Rp 238,72 triliun. Per 2022, Telegram lebih unggul daripada WhatsApp di Rusia. Aplikasi ini punya pangsa pasar 63%, dibanding WhatsApp 32%.