Survei: Akses Internet di Desa Tak Signifikan Dongkrak Bisnis Pariwisata

Amelia Yesidora
19 September 2024, 07:28
Foto udara lokasi wisata desa wisata Sani-sani yang terhubung dengan Pantai Shaka, Kecamatan Samaturu, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat (26/4/2024).
ANTARA FOTO/Jojon/foc.
Foto udara lokasi wisata desa wisata Sani-sani yang terhubung dengan Pantai Shaka, Kecamatan Samaturu, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat (26/4/2024).
Button AI Summarize

Hampir setengah masyarakat desa sepakat internet membantu meningkatkan promosi dan aksesibilitas destinasi pariwisata di daerahnya. Kendati demikian, mereka bilang tidak ada peningkatan yang signifikan terhadap pendapatan pelaku bisnis pariwisata.

Informasi ini merupakan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII dan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi atau BAKTI Kominfo . Survei ini membahas penetrasi pengguna internet di daerah 3T, yakni tertinggal, terdepan, dan terluar.

Saat ditanya apa pengaruh akses internet di desa, sebanyak 48,3% masyarakat daerah 3T mengatakan internet sudah membantu meningkatkan promosi dan aksesibilitas destinasi pariwisata. Lalu, 25% bilang masih ada tantangan memanfaatkan internet secara optimal untuk sektor pariwisata.

Sisanya, sekitar 21,7% melihat akses internet tidak memberi dampak signifikan dalam perkembangan sektor pariwisata.

Menindaklanjuti pertanyaan pertama, sekitar 54,2% mengatakan tidak ada peningkatan ekonomi secara signifikan meski ada akses internet. Sebanyak 1,7% melihat ada dampak negatif dan mengalami penurunan kunjungan pariwisata.

Pelaku bisnis pariwisata yang mendapat dampak positif dari internet sekitar 44,1%. Ini terdiri dari 25,8% yang mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan yang signifikan. Sementara, 18,3% mengalami peningkatan kunjungan dan ekonomi namun tidak signifikan.

Belum Banyak yang Menggunakan Internet untuk Pariwisata Lokal

Selain dampak akses internet terhadap ekonomi lokal, survei ini juga mengukur penggunaan internet sebagai sarana pengumpulan umpan balik. Ditemukan 68,3% perangkat desa masih belum mengadopsi metode tertentu untuk mengumpulkan umpan balik dari wisatawan secara daring.

Hanya sekitar 21,6% perangkat desa yang mengumpulkan umpan balik secara daring. metodenya berupa media sosial (10,8%), survei daring dari situs web (8,3%), dan peta online seperti Google Maps (2,5%).

Lebih lanjut, pemerintah daerah masih belum maksimal menggunakan internet dalam mempromosikan pariwisata. Ini ditunjukkan dengan hanya 31,3% pemerintah desa menggunakan media sosial untuk promosi, sementara 30,1% belum memanfaatkan internet untuk promosi pariwisata. Sebanyak 13,3% memanfaatkan konten video, 8,4% lewat situs web, dan porsi yang sama untuk promosi media online atau blog.

Sigi ini dilaksanakan pada Juli hingga September 2024 pada seluruh masyarakat di 64 kabupaten daerah 3T. Total ada 1.950 responden, terdiri dari 1.020 yang merespon secara luring dan 930 lewat telepon. Adapun 62 dari 64 kabupaten ini mengacu pada Perpres 63/2020 sementara dua kabupaten lainnya, yakni Talaud dan Nunukan, mengacu pada Perpres 131/2015.

“Pada 2024 diperkirakan 82,6% penduduk daerah tertinggal, sekitar 8.114.273 pengguna dari total 9.823.575 jiwa, telah memiliki akses internet,” tulis Survei Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024, dilansir Rabu (18/9).

Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...