Ajak Kolaborasi AI, Indosat: Untuk Indonesia
Indonesia perlu segera memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) secara masif untuk mempercepat laju transformasi digital demi pertumbuhan ekonomi. Penggunaan teknologi tersebut pada yang sama berpotensi menciptakan beragam peluang, mulai pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi secara inklusif.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, dalam acara Indonesia AI Day di Jakarta, Kamis (14/11), menyatakan pemanfaatan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan, menjadi penting untuk mendorong pengembangan ekonomi. Terlebih, Indonesian saat ini berada pada perjalanan penting menuju Indonesia Emas 2045.
Pada 2038 mendatang, misalnya, tingkat produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan melonjak US$15.700, atau meningkat tiga kali lipat dari 2023.
“Itu dengan asumsi bahwa kesenjangan harus diatasi melalui teknologi digital untuk memanfaatkan produktivitas,” ujar Meutya dalam sesi bertajuk Fostering Connections in the Age of AI, seraya menambahkan periode beberapa tahun ke depan menjadi masa kritikal bagi Indonesia.
Menurut Meutya, AI telah memberikan dampak yang beragam terhadap perkembangan ekonomi suatu negara. Dia mengutip data yang menunjukkan di negara berpendapatan tinggi, AI memberikan dampak ke 60 persen pekerja. Sedangkan, untuk negara menengah, AI berpengaruh terhadap 40 persen pekerja.
Pun begitu, investasi AI secara keseluruhan telah meningkat dari US$4 miliar pada 2021, menjadi US$6 miliar pada 2024.
“Hal ini tentunya menghadirkan peluang juga tatanan bagi negara global South termasuk Indonesia untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pada tata kelola artifisial,” ujar Meutya.
Menurutnya, pemerintah berikhtiar untuk mendorong pengembangan AI di dalam negeri dengan berfokus pada 3P, yakni People, Platform, dan Policy. People merujuk kepada sumber daya manusia, Policy berarti kebijakan, dan Platform berarti ekosistem digital.
“Visi Indonesia Digital 2045 juga meletakkan AI menjadi salah satu teknologi utama yang perlu diperkuat tata kelola dan pengembangannya. Dengan teknologi tersebut diharapkan target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto sebesar 8 persen akan dapat tercapai,” katanya.
President Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, menyampaikan optimisme serupa bahwa pemanfaatan nyata akan mampu mendorong ekonomi Indonesia melesat tumbuh menjadi 8 persen dari rata-rata 5 persen.
“AI pada dasarnya adalah kekuatan yang memiliki efek pengganda, dan mendorong produktivitas,” kata Vikram.
Menurut Vikram, Indonesia memiliki potensi besar untuk memberdayakan beragam sektor ekonomi dengan memanfaatkan AI, mulai dari pertanian, kesehatan, sampai UMKM. Dalam hal ini, Vikram lantas menyebutkan tiga rekomendasi perusahaan kepada pemerintah untuk pengembangan AI.
Pertama, membangun fondasi kedaulatan data. Sebab, menurut Vikram, data telah menjadi sumber daya dan karena itu penting untuk dilindungi.
Kedua, mempercepat kemitraan untuk AI dengan membangun kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha. Terakhir, mengembangkan kapabilitas sumber daya manusia di bidang digital.
“Investasi terhadap orang yang akan membuka secara penuh potensi AI,” ujar Vikram.
Indonesia AI Day 2024 merupakan forum untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, serta mendorong kolaborasi dalam mendukung kedaulatan AI di Indonesia. Di samping itu, perhelatan ini mengeksplorasi potensi besar AI bagi ekonomi digital Indonesia, serta pengaruhnya di tingkat global.
Dengan mengusung tema Unleashing Indonesia’s AI Sovereignty, perhelatan ini menjadi etalase yang mempertemukan pemerintah, pebisnis, dan pelaku industri, serta praktisi AI termasuk peneliti, developer, dan engineer untuk berkolaborasi dalam menciptakan inovasi AI di berbagai ekosistem.