Ahli Teknologi Usul Lelang 1,4 GHz untuk Dorong Internet 5G Rumah Tangga


Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana memprioritaskan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk mengadakan internet cepat dan murah. Pengamat dari Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sigit Puspito Wigati, menyebut pengadaannya sebaiknya dimanfaatkan untuk peningkatan jaringan 5G Fixed Wireless Access (FWA).
“Potensi pengadaan 5G FWA dari frekuensi 1,4 GHz ini bisa jadi solusi peningkatan broadband,” kata Sigit dalam diskusi Morning Tech, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (24/2).
FWA merupakan teknologi yang menyediakan akses internet ke lokasi tetap, seperti rumah atau kantor, menggunakan jaringan nirkabel, seperti 4G atau 5G. Berbeda dengan layanan internet kabel (seperti fiber optik), FWA tidak memerlukan infrastruktur kabel hingga ke rumah pelanggan, melainkan menggunakan antena atau router khusus untuk menangkap sinyal dari menara pemancar terdekat.
Sigit mengatakan teknologi ini berperan sebagai solusi di antara jaringan seluler dan fiber optik, sehingga bisa menjangkau daerah yang sulit terlayani oleh kabel fiber. Namun, penting untuk memastikan bahwa FWA tidak bercampur dengan layanan seluler agar tetap memiliki perbedaan fungsi yang jelas.
FWA sebagai solusi penengah antara mobile broadband dan fiber to the home (FTTH). “Namun pada ujungnya ini dia bukan HP,” katanya. “Tapi kita menyebutnya CPI,” tambahnya.
CPI alias Customer Premises Equipment, dikenal juga sebagai router yang menggunakan sinyal frekuensi tertentu untuk menyediakan koneksi internet.
Ia menyebut FWA memiliki dua keunggulan utama, yaitu harga yang lebih terjangkau dan kecepatan penggelaran yang lebih tinggi dibandingkan fixed broadband berbasis kabel. Sebab menurutnya, selama layanan internet dijaga di kecepatan 100 Mbps, kemungkinan gangguan terhadap frekuensi mobile broadband dapat diminimalisasi.
“Dengan desain kebijakan dan regulasi yang tepat, FWA bisa menjadi solusi yang tidak mengganggu pasar seluler dan justru mendukung pertumbuhan broadband,” katanya.
Namun, jika tidak diatur dengan baik, ada risiko FWA digunakan untuk layanan seluler, yang dapat memengaruhi persaingan di industri telekomunikasi.
Oleh karena itu, regulasi harus memastikan bahwa FWA tetap beroperasi sebagai fixed broadband dengan standar kecepatan yang jelas. “Misalnya minimal 100 Mbps, agar tidak menghambat perkembangan jaringan seluler maupun fiber optik,” katanya.
Sebelumnya, Komdigi menyatakan akan memprioritaskan lelang frekuensi 1,4 GHz segera dilaksanakan. “Kami rencanakan tahun ini, kemarin sudah melakukan konsultasi publik,” kata Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit, dan Standarisasi Infrastruktur Digital, Adis Alifiawan, ditemui usai acara Selular Business Forum, di kawasan Jakarta Pusat, Senin (10/2).
Frekuensi yang akan dilelang yakni spektrum 1,4 Ghz dengan lebar 80 Mhz, ditargetkan menjangkau layanan internet rumah tangga hingga sektor pendidikan.
Target kecepatan layanan internet bagi penyedia BWA adalah hingga 100 Mbps, dengan harga berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Dengan cakupan terbagi menjadi tiga regional, yang tersebar di 14 zona dari Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
“Kami ingin layanan yang dihasilkan dapat dijual dalam kisaran harga yang terjangkau, sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per bulan. Dengan harga ini, layanan yang diterima masyarakat harus berkualitas, bukan sekadar layanan seadanya,” kata Adis.