Pemerintahan Trump Minta NASA Segera Bangun Reaktor Nuklir di Bulan
Petinggi NASA yang ditunjuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Sean Duffy meminta badan antariksa segera menempatkan reaktor nuklir di Bulan. AS ingin menjadi negara pertama yang melakukannya, ketika Rusia dan Cina bekerja sama untuk menerapkan hal yang sama.
"Kami akan membawa fisi nuklir ke permukaan Bulan untuk memberi daya pada pangkalan," tulis Sean Duffy yang juga menjabat Menteri Transportasi AS di media sosial X pada Kamis (7/8) waktu setempat. “Jika Anda memimpin di luar angkasa, Anda memimpin di Bumi.”
Sean Duffy menyampaikan negara pertama yang membangun reaktor nuklir di Bulan berpotensi mendeklarasikan zona terlarang yang secara signifikan akan menghambat Amerika Serikat membangun kehadiran Artemis yang direncanakan jika bukan yang pertama di sana.
Artemis merupakan referensi bagi program eksplorasi Bulan NASA, yang bertujuan mengirim empat astronaut ke permukaan bulan pada 2026 guna membangun kehadiran abadi di dekat kutub selatan.
Sean Duffy juga menyampaikan pengembangan reaktor nuklir di Bulan akan membuka jalan bagi upaya eksplorasi Mars.
"Untuk memajukan teknologi penting ini dengan baik agar mampu mendukung ekonomi bulan di masa depan, pembangkitan energi berdaya tinggi di Mars, dan memperkuat keamanan nasional kita di luar angkasa, sangat penting bagi badan tersebut untuk bergerak cepat," kata dia dikutip dari ABC, Jumat (8/8).
Menurut NASA, untuk membangun reaktor nuklir yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik di Bulan, membutuhkan waktu lima tahun.
Keputusan Sean Duffy untuk mempercepat pembangunan reaktor nuklir di Bulan terjadi hanya tiga bulan setelah Cina dan Rusia mengumumkan mereka mempertimbangkan upaya bersama untuk melakukan hal yang sama.
Reaktor nuklir adalah jantung dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Reaktor ini menghasilkan listrik dengan menghasilkan reaksi berantai nuklir yang terkontrol secara cermat.
Menurut New York Times, arahan menteri pemerintahan Trump itu mendorong NASA untuk meminta proposal dari perusahaan komersial agar reaktor nuklir di Bulan tersebut dapat menghasilkan daya 100 kilowatt dan siap diluncurkan pada akhir 2029.
NASA berinvestasi dalam penelitian reaktor nuklir, sejak 2000. Badan antariksa ini menandatangani tiga kontrak senilai US$ 5 juta untuk mengembangakn desain awal pada 2022.
Dalam dokumen desain NASA pada 2022 itu, reaktor nuklir menghasilkan 40 kilowatt. “Ini pilihan yang aman, bersih, dan dapat diandalkan," kata NASA saat itu. “Memiliki sumber daya yang independen dari Matahari akan menjadi kunci bagi keberadaan manusia yang berkelanjutan di permukaan bulan setidaknya selama 10 tahun.”
Di tengah persaingan baru untuk mendominasi ruang angkasa, lebih dari 50 tahun setelah Perang Dingin mendorong manusia pertama berjalan di Bulan, perlu dicatat bahwa perjanjian PBB pada 1967 mengatakan tidak ada negara yang dapat memiliki Bulan.
